DNA papilomavirus-16 (HPV-16) human dapat dideteksi dalam ASI yang
diperoleh selama periode pasca persalinan awal. Kemungkinan DNA HPV ini
ditransmisikan kedalam bayi melalui mukosa oral pada waktu bayi menyusui.
Dalam studi yang sebelumnya . Dr. Stina Syrjanen dkk. dari
University of turku, menemukan adanya bukti transmisi vertikal HPV dariibu yang
terinfeksi ke bayinya. Hal ini yang mendorong tim ini melakukan studi prosfek
untuk memastikan cara transmisi HPV di antara keluarganya.
Dalam sudi ini digunakan analisis reaksi rentai polymerase untuk
melakukan tes HPV pada kerokan serviks dan kerokan oral pada 233 ibu, serta
kerokan oral pada 87 ayah, sebelum persalinan, kemudian 2, 6, dan 12 bulan pasca
persalinan. Selain itu, juga dilakukan tes pada fraksi seluler ASI yang ambil
pada hari ketiga pasca persalinan.
DNA HPV risiko tinggi dideteksi pada 10 sample ASI (4,5%).
Sekuensi DNA pada 0 sampai mengkkonfirmasi bahwa virus tersebut adalah HPV-16.
Angka deteksi HPV risiko tinggi pada smple servikal adalah 12 - 15%, pada
sample oral Ibu adalah 20 – 24%, dan pada sample iral bapak adalah 21 – 26%.
Adanya HPV dalam ASI tidak berhubungan dengan status DNA HPV risiko tinggi
genital atau oral dari ibunya, maupun dari data demografik ibunya.
Para peneliti menemukan adanaya hubungan bermakna antara HPV dalam
ASI dengan HPV risiko tinggi oral pada bapaknya. Pada bulan keenam ( rasio
risiko 3,5; p = 0.021 ) dan bulan ke-12 (rasio
risiko 2,9;p). Dikatakan bahwa transmisi dapat berasal dari suami, yaitu dari mulut ke puting susu,
dan kemudian ke epitel duktal payudara, atau juga dapat berasal dari ibu.
Implikasi klinik dari hasil studi ini adalah bahwa jika dai dalam
ASI terdapat partikel Virus, maka bayi akan mengalami infeksi HPV melalui ASI
selama laktasi. Orafaring merupakan tempat imunologik penting, dan infeksi dini
dapat menyebabkan timbulnya ingatan imunologik terhadap HPV, sehingga di
kemudian hari akan terjadi eradikasi infeksi secara cepat ke tempat lain di
tubuh.
(Pediatric Infectious Disease Journal)