Amfiteater

on Selasa, 18 Desember 2012
Amfiteater di Arles, Prancis

Kebanyakan orang lebih sering mendengar tentang Kolosseum di Roma, namun masih banyak amfiteater lainnya di Kekaisaran Romawi. Pertarungan-pertarungan gladiator terawal, pada masa Etruska, digelar di mana saja asalkan di tempat yang rata di dekat bukit, supaya orang-orang bisa duduk di lereng bukit dan menonton pertarungan yang berlangsung di bawahnya. Namun tempat seperti itu jarang ada, sehingga pada tahun 300-an SM, para orang kaya dan pemerintah membangun amfiteater sementara dari kayu bagi orang-orang untuk duduk, seperti layaknya bukit buatan. Bangunan tersebut dinamai amfiteater karena terlihat seperti dua teater yang saling berhadapan.
Pada tahun-tahun terkahir masa Republik Romawi, ada begitu banyak pertarungan gladiator sampai rakyat lelah untuk membuat amfitater dadakan lalu membongkarnya lagi setelah pertunjukan selesai. Kota-kota besar mulai membangun amfiteater tetap dari marmer dan batu kapur. Amfiteater batu pertama di Romawi tidak dibangun di kota Roma tetapi di kota Pompeii. Amfiteater pertama di kota Roma adalah Kolosseum, dibangun pada tahun 70-an M oleh kaisar Romawi, Vespansianus..
Semakin lama, hampir semua kota, yang berpenduduk lebih dari seribu jiwa, memiliki amfiteater sendiri. Di seluruh Kekaisaran Romawi, mulai dari Suriah sampai Spanyol, dari Inggris sampai Tunisia, terdapat amfiteater. Banyak dari amfitetaer itu yang hingag kini masih berdiri. Amfiteater juga menjadi tempat dilaksanakannya hukuman mati. Pada hari libur, di beberapa kota, para petani ikut menyaksikan pertarungan dan eksekusi di amfiteater.
Amfiteater terus digunakan sampai tahun 300-an M. Setelah rakyat Romawi memeluk agama Kristen, pertarungan gladiator dihentikan karena dulu banyak penyebar agama Kristen yang menjadi korban gladiator, dan juga karena pertarungan gladiator diselenggarakan untuk memuja para dewa. Namun amfiteater terus digunakan.

0 komentar:

Posting Komentar

Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.

yudha trenggana. Diberdayakan oleh Blogger.