Keluarga

on Minggu, 13 Januari 2013

Keluarga Romawi tidak hanya meliputi suami, istri, dan anak, tetapi juga budak (jika ada). Dalam keluarga, pria memliki kekuasaan yang banyak. Suami dapat memukul istrinya. Suami dan istri dapat memukul budak dan anak-anak mereka. Suami juga dapat memutuskan apakah bayi yang lahir akan dibesarkan atau dibiarkan mati. Selain itu pria pemilik budak wanita dapat menikmati hubungan seksual dengan budak wanitanya sekehendak hatinya. Tapi perempuan juga punya beberapa hak. Perempuan dapat memiliki barang, membeli dan menjual barang, atau menyewakan apartemen, tanpa harus ada izin dari suaminya. Baik suami ataupun istri juga dapat mengajukan perceraian jika mereka ingin dan jika mereka punya cukup uang.
Banyak keluarga punya banyak anak, karena tidak sedikit anak yang mati muda. Rata-rata keluarga Romawi punya lima atau enam anak, tapi hanya dua atau tuga yang dapat hidup sampai dewasa. Setelah ayahnya meninggal, anak akan mewarisi harta kekayaannya, atau dapat pula memberikannya pada orang lain. Orang dewas juga jarang yang hidup lama, dan perceraian sering terjadi, akibatnya banyak anak Romawi yang tinggal bersama orang tua tiri dan saudara tiri. Mereka biasanya tidak tinggal bersama sepupu.
Sebagian besar pria dan wanita bekerja di ladang sepanjang hari, atau di pabrik, membuat tembikar atau menenun pakaian. Jadi pada siang hari anak-anak jarang bergaul dengan orang tua mereka. Anak-anak biasanya bergaul dengan kakak, kakek, bibi, atau (dalam keluarga kaya) dengan budak. Tidak ada tempat penitipan anak dan hanya sedikit anak yang bersekolah.
Banyak orang Romawi yang mati pada usia empat puluhan atau lima puluhan, sehingga banyak anak Romawi yang tidak mengenal kakek-nenenk mereka, karena kakek-nenek mereka sudah meninggal ketika anak-anak itu masih sangat kecil. Bahkan beberapa anak kehilangan prang tua mereka sebelum dewasa, sehingga mereka diasuh oleh paman, bibi, atau kakak.
Orang Romawi biasanya menikah pada usia dua puluh tahun. Beberapa wanita menikah pada usai tiga belas tahun. Kebanyakan orang menikahi sepupu mereka sendiri supaya harta keluarga tidak jatuh ke tangan keluarga lain.



0 komentar:

Posting Komentar

Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.

yudha trenggana. Diberdayakan oleh Blogger.