Sumbangan besar Maxwell pada pengetahuan listrik dan
magnet adalah keberhasilannya dalam menyatukan semua kaedah yang dikenal waktu
itu di bidang listrik magnet. Hal itu dicapainya dengan meneruskan apa yang
telah dirumuskan oleh Faraday (1791-1867). Berdasarkan perangkat persamaan
fundamental dalam listrik magnet, Maxwell memperoleh solusi berupa gelombang.
Atas dasar itu diramalkan tentang adanya gelombang elektromagnetik, sesuatu
yang belum diamati oleh para ilmuwan.
Heinrich Hertz (1757-1894),
menyelidiki implikasi eksperimental dari persamaan-persamaan Maxwell. Sebagai
guru besar pada sekolah tinggi teknik di
Karisruhe , ia
melakukan percobaan-percobaan mengenai gelombang elektromagnetik.
Percobaan-percobaan yang dirintisnya serta hasil percobaan para sarjana lain
pada akhirnya menunjukkan adanya gelobang elektromagnetik. Tak lama sesudah
itu, cahaya juga diidentifikasi sebagai gelombang elektromagnetik. Sifat
gelombang cahaya didukung oleh bukti-bukti eksperimental seperti percobaan
Young dan difraksi cahaya. Bukti-bukti ini telah diperoleh lama sebelum tahun
1871.
Meskipun sifat gelombang cahaya
telah manfatap di sekitar akhir abad ke-19, ada beberapa percobaan dengan
cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan dengan sifat gelombang cahaya
itu. Dalam tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu keping itu mula-mula
positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya pula bahwa suatu
keping yang netral akan memperoleh muatan positif apabila disinari. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari pengamatan-pengamatan di atas adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak
keluar muatan litrik negatif dari permukaan keping logam yang netral. Gejala
ini dikenal sebagai efek fotolistrik.
Mekanisme
Terjadinya Efek Fotolistrik
Dalam eksperimennya Hertz menemukan bahwa latu pada celak
transmiter terjadi bila cahay ultraungu diarahkan pada salah satu bola
logamnya. Ia tidak melanjutkan percobaan tersebut, akan tetapi ahli fisika yang
lain melanjutkan percobaan tersebut. Mereka menemukan bahwa penyebab terjadinya
latu adalah terpancarnya elektron pada frekuensi yang cukup tinggi. Gejala ini
dikenal sebagai efek fotolistrik. Gajala ini merupakan salah satu ironi sejarah
bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.
Ilustrasi alat yang dipergunakan
untuk membangkitkan gejala fotolistrik. Tabung yang divakumkan berisi dua
elektrode yang dihubungkan dengan rangkaian eksternal. Keping logam yang
permukaannya mengalami iradiasi, digunakan sebagaio anode. Sebagian dari
gotoelektron yang muncul dari permukaan yang mengalami radiasi memiliki energi
yang cukup untuk mencapai katode lebih sedikit dan arusnya menurun. Akhirnya
ketika v sama dengan atau melebihi suatu harga Vo yang besarnya dalam orde
beberapa volt, maka tidak ada elektron yang mencapai katode dan arusnya
terhenti.
Gejala efek fotolistrik dapat
diterangkan sebagai berikut : gelombang cahaya membawa energi, dan sebagian
energi yang diserap logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu dan
muncul sebagai energi kinetik. Salah satu sifat yang menimbulkan pertanyaan
pengamat adalah distribusi elektron yang dipancarkan (fotoelektron), ternyata
tak bergantung pada intensitas cahaya. Berkas cahaya yang kuat menghasilkan
fotoelektron lebih besar dari pada berkas cahaya yang lemah untuk frekuensi
yang sama, akan tetapi energi elektron rata-ratanya sama saja. dalam batas
ketelitian eksperimen (10-9 s), tak terdapat kelambatan waktu antara
datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya elektron.
Secara kuantum energi kuantum cahaya
pada efek fotolistrik dipergunakan sebagai energi untuk membebaskan elektron
dari permukaan logam dan sisanya dipergunakan sebagai energi kinetik elektron,
yang secara matematis dirumuskan.
1 eV = 1,60 , 10-19 J
dengan : hv : energi kuantum cahaya
Kmax :
energi kinetik maksimum elektron
Hv0 : fungsi kerja, energi minimum yang
diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron yang disinari.
Fungsi kerja untuk masing-masing
permukaan logam memiliki nilai khas. Hal ini berarti bahwa fungsi kerja
merupakan besaran yang khas. Untuk melepaskan elektron dari permukaan logam
biasanya memerlukan separuh energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
bebas dari atom yang bersangkutan. Sebagai contoh energi ionisasi cesium adalah
3,9 eV dengan fungsi kerjanya 1,7 hingga 3,3 eV. Gejala efek fotolistrik
terjadi dalam daerah tampak dan ultraungu.
Selanjutnya kaitan antara fungsi
kerja (energi ambang), tenaga kuantum cahaya , dan tenaga kinetik elektron.
Tabel fungi kerja untuk beberapa
logam dapat dilihat pada Tabel. Satuan
fungsi kerja biasanya dinyatakan dalam elektron volt (eV) yang besarnya setara
dengan.
1 eV = 1,60 , 10-19
J (4.1)
Tabel Fungsi kerja fotolistrik beberapa logam
LOGAM
|
LAMBANG
|
FUNGSI KERJA (eV)
|
Cesium
|
Cs
|
1,9
|
Kalium
|
K
|
2,2
|
Natrium
|
Na
|
2,3
|
Lithium
|
Li
|
2,5
|
Kalsium
|
Ca
|
3,2
|
Tembaga
|
Cu
|
4,5
|
Perak
|
Ag
|
4,7
|
Platina
|
Pt
|
5,6
|
Beberapa pengamatan mengenai
efek fotolistrik dapat diterangkan sebagai berikut :
a.
Tenaga kinetik foto elektron tidak bergantung pada intensitas
cahaya. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap jumlah foto elektron yang
terpancar pada saat terjadi efek fotolistrik.
b.
Tenaga kinetik maksimum foto elektron bergantung pada
frekuensi sinar yang dipergunakan dalam percobaan efek fotolistrik. Semakin
besar frekuensi foton, maka semakin besar pula tenaga kinetik maksimum foto
elektron.
Dua buah fakta eksperimental yang
tidak dapat diterangkan dengan teori gelombang cahaya adalah :
a.
Menurut teori gelombang, vektor medan listrik gelombang cahaya akan semakin
besar jika intensitasnya ditingkatkan. Pengaruh medan
listrik terhadap elektron dapat menimbulkan gaya
besar eE, dengan e menyatakan muatan elementer elektron dan E adalah medan listrik, sehingga
energi kinetik foto elektron juga bertambah besar. Hal ini bertentangan dengan
fakta eksperimental.
b.
Terdapat frekuensi ambang, untuk semua frekuensi dibahwa
frekuensi ambang, fenomena efek fotolistrik tidak mungkin terjadi meskipun
dipergunakan intensitas sinar yang tinggi. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik
harus terjadi pada semua frekuensi asalkan intensitas cahaya yang dipergunakan
mencukupi untuk mendesak elektron dari permukaan katoda.
Ternyata kesukaran untuk dapat
menerangkan fakta eksperimental dengan teori yang formal baru dapat teratasi
apabila dalam peristiwa dan gejala efek fotolistrik, cahaya tidak dianggap
sebagai gelombang. Hal ini merupakan aspek utama dari teori kuantum Einstein.
Teori Kuantum
Einstein tentang Efek Fotolistrik
Dalam postulatnya Planck mengkuantisasikan energi yang
dapat dimiliki osilator, tetapi tetap memandang radiasi thermal dalam rongga
sebagai gejala gelombang. Einstein dapat menerangkan efek fotolistrik dengan
meluaskan konsep kuantisasi Planck. Einstein menggambarkan bahwa apabila suatu
osilator dengan energi pindah ke suatu keadaan dengan energi, maka osilator
tersebut memancarkan suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan energi,
Einstein menganggap bahwa gumpalan
energi yang semacam itu yang kemudian dikenal sebagai foton, yang memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
a.
Pada saat foton meninggalkan permukaan dinding rongga tidak
menyebar dalam ruang seperti gelombang tetapi tetap terkonsentrasi dalam ruang
yang terbatas yang sangat kecil.
b.
Dalam perambatannya, foton bergerak dengan kecepatan cahaya
c.
c.
Energi faton terkait dengan frekuensinya yang memenuhi e =
hv.
d.
Dalam proses efek fotolistrik energi foton diserap seluruhnya
oleh elektron yang berada di permukaan logam.
Pada tahun 1921 Albert Einstein
memperoleh hadian Nobel untuk Fisika, karena secara teoritis berhasil
menerangkan gejala efek fotolistrik.
Emisi Termionik
Kesahihan penafsiran Einstein mengenal fotolistrik
diperkuat dengan telaah tentang emisi termionik. Telah alam diketahui bahwa
dengan adanya panas akan dapat meningkatkan konduktivitas udara yang ada di
sekelilingnya. Menjelang abad ke-19 ditemukan emisi elektron dari benda panas.
Emisi termionik memungkinkan bekerjanya piranti seperti tabung televisi yang di
dalamnya terdapat filamen logam atau katoda berlapisan khusus yang pada
temperatur tinggi mampu menyajikan arus elektron yang rapat.
Jelaslah bahwa elektron yang
terpancar memperoleh energi dari agitasi thermal zarah pada logam, dan dapat
diharapkan bahwa elektron harus mendapat energi minimum tertentu supaya dapat
lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan untuk berbagai permukaan dan selalu
berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik untuk permukaan yang sama. Dalam
emisi fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh
elektron untuk lepas, sedang dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya.
Dalam kedua kasus itu proses fisis yang bersangkutan dengan timbulnya elektron
dari permukaan logam adalah sama.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.