Penemuan manuskrip-manuskrip Ibrani dan
Aramik kuno di daerah Qumran -sebelah barat laut Laut Mati- setelah perang
dunia kedua merupakan harapan baru untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah
kuno di Palestina pada masa yang membentang antara abad kedua sebelum Masehi
hingga akhir abad pertama Masehi. Pada masa ini, agama Yahudi yang didirikan
oleh para pendeta telah habis kemudian mulai muncul agama Yahudi Rabinik dan
Talmud. Pada masa ini juga, gereja Kristen lahir dan tersebar keyakinan tentang
kelahiran dan kebangkitan Yesus.
Setelah naskah-naskah itu
diterjemahkan dan dipublikasikan, kerinduan para peneliti untuk mengetahui
jawaban atas banyak pertanyaan yang menjadi teka-teki selama dua ribu tahun itu
pun bertambah. Namun, yang terjadi setelah itu sangatlah mengecewakan. Setelah
kumpulan pertama menyebarbanyak isu dan konspirasi. Tidak diragukan
lagi bahwa komposisi tim pertama yang bertanggung jawab untuk menyiapkan
manuskrip-manuskrip itu telah mendorong terjadinya perkembangan negatif ini.
Ketika kelompok French Dominican l'Ecole
Biblique menguasai pekerjaan tim, mereka menyingkirkar.
kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan khusus. Untuk itu mereka tidak
memasukkan para peneliti non-Katolik. Setelah itu juga terjadi pertikaian
tersembuyi antara tim manuskrip dengan lembaga arkeologi Israel sejak hari
pertama jatuhnya museum Quds (Yerusalem) ke tangan pemerintah kolonial Israel
pada bulan Juni tahun 1967. Namun, segala sesuatunya segera berjalan seperti
semula lagi dan bertahan selama lebih dari dua puluh tahun. Kemudian berhenti
saat terjadi pertikaian terang-terangan. Pertikaian ini, akhirnya mampu merampas
pengawasan Katolik dan mengalihkannya ke lembaga arkeologi Israel pada tahun
1991.
Pada tahun yang sama, di London terbit
buku yang berjudul Tipuan Manuskrip Laut Mati yang ditulis oleh dua orang
penulis, yaitu Michael Begint dan Richard Lee. Dalam bukunya itu, mereka berdua
secara terang-terangan menuduh Vatikan telah ikut campur dalam proses
penerjemahan manuskripmanuskrip Qumran dan berusaha menyembunyikan informasi
yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Katolik. Tuduhan ini mereka dasarkan
kepada sangat lambatnya penerbitan manuskrip Qumran dari gua nomor 4.
Manuskrip-manuskrip baru diterbitkan setelah empat puluh tahun sejak
diketemukan. Di antara lima ratus naskah yang ditemukan di gua itu hanya seratus
naskah saja yang diterbitkan. Sementara itu, tim manuskrip juga tidak
mengizinkan seorang pun untuk melihat manuskrip-manuskrip yang ada di bawah
pengawasan mereka. Lebih lanjut dua orang pengarang itu mengatakan bahwa
l'Ecole Biblique yang menguasai program-program tim tunduk di bawah
pengawasan Paus Vatikan secara langsung. Suatu hal yang bisa mengancam hilangnya
teks yang bertentangan dengan Vatikan secara langsung.
Selanjutnya, di akhir tahun 1990 dan
awal tahun 1991 terjadi kampanye informasi besar-besaran, terutama di
koran-koran Amerika seperti News Week, Times dan Washington Post.
Kampanye-kempanye itu menyerang sekelompok peneliti yang bertanggung jawab atas
penerjemahan dan penerbitan manuskripmanuskrip itu, kemudian menuduh mereka
ikut serta dalam konspirasi yang dijalin oleh Vatikan untuk menghindari
penerbitan beberapa hal yang tersebut dalam manuskrip-manuskrip Qumran. Selain
itu, juga tersebar isu tentang adanya konspirasi untuk menghilangkan beberapa
kandungan manuskripmanuskrip Qumran karena akan bepengaruh negatif terhadap
beberapa dogma Yahudi dan Kristen. Dalam waktu yang sama, keanggotaan tim ini
juga tidak mencakup orang Yahudi, Muslim dan Kristen Timur sama sekali.
Di sisi lain, tujuh naskah yang
ditemukan di dalam gua nomor 1 pada tahun lima puluhan telah diterjemahkan dan diterbitkan tidak lama setelah
diketemukan. Memasuki tahun 1956 -ketika itu naskah masih berada di tangan Badan
Arkeologi Yordania- seluruh naskah yang ditemukan di dalam gua nomor satu sudah
diterjemahkan dan dipublikasikan. Setelah itu manuskrip-manuskrip yang ditemukan
di dalam gua nomor 2, 3, 5 dan 10 juga diterbitkan, tepatnya pada tahun 1961 dan
1962, tetapi kandungannya tidak terlalu penting. Hanya berupa naskah-naskah
Perjanjian Lama. Demikian juga yang ditemukan di dalam goa nomor 11.
Manuskrip-manuskrip ini diterjemahkan pada tahun tujuh puluhan. Tetapi yang
menjadi problem sesungguhnya adalah yang berkaitan dengan manuskrip-manuskrip
gua nomor 4 karena berbentuk puluhan ribu potongan kecil.
Pada tahun 1952 orang Inggris G. L.
Harding - yang pada saat itu menjabat direktur lembaga arkeologi Yordania-
menunjuk De Voux, pendeta Katolik asal Perancis untuk menjabat ketua tim
yang bertanggung jawab atas penyiapan penerbitan potongan-potongan naskah gua
nomor 4. Untuk maksud ini telah ditunjuk beberapa orang peneliti kelas dunia
yang berkonsentrasi di bidang studi Semit untuk membantu De Voux. Mereka ini
adalah: Jean Starcky dari Perancis, Milik dari Polandia, Frank Moore Cross dan
Patrick Skehan dari Amerika, John Allegro dan John Strugnell dari Inggris dan
Claus Hunno Hunziger dari Jerman. Tetapi yang terakhir ini mengundurkan diri
pada tahun 1958, Setelah berhenti jabatannya segera diisi oleh Maurice Baillet
dari Perancis. Dalam teknisnya, naskah-naskah itu dibagi-bagikan kepada anggota
tim. Sedang untuk pembiayaan, Rockefeller telah memberikan sejumlah dana sebagai
biaya operasi pada tahun-tahun pertama.
Para anggota tim itu menghadapi tugas
berat saat berusaha untuk menertibkan puluhan ribu potongan kecil dari kulit
atau papirus kemudian mengumpulkannya berdasarkan kemiripan jenis atau tema
tulisan. Mereka juga mengalami kesulitan dalam mengetahui tempatnya dalam
manuskrip pada bentuk aslinya sebelum robek. Selain itu, ini juga bukan
satusatunya tugas yang harus mereka lakukan. Ternyata potongan-potongan itu
juga kotor dan bengkok. Maka dari itu mereka juga harus membersihkannya dengan
hati-hati agar tidak merusak tulisan lalu menyimpannya di antara dua papan kaca
untuk meluruskan dan melindunginya.
Para peneliti itu berhasil membagi
ribuan potongan itu menjadi lima ratus bagian lebih. Masingmasing darinya
menceminkan naskah asli. Yakni mereka berhasil mengetahui bahwa jumlah manuskrip
yang tersimpan dalam goa nomor 4 itu adalah lima ratus. Dan sudah barang tentu,
pekerjaan ini memerlukan kesabaran, ketelitian dan waktu yang lama. Apalagi
jumlah peneliti yang bekerja dalam proyek ini sangat sedikit.
Tapi, semenjak jatuhnya museum
Quds ke tangan pemerintah Israel, hanya sedikit saja dari manuskrip goa nomor 4
itu yang dipublikasikan.Ketika itu, Allegro menyiarkan berita yang
menyebutkan bahwa kelompok Katolik yang menguasai
tim manuskrip itu dengan sengaja menyembunyikan kandungan beberapa naskah karena
bertentangan dengan ajaranajaran gereja. Hal itu, karena sebagian besar naskah
yang ditemukan di dalam goa-goa lain hanya berupa naskah-naskah Perjanjian Lama.
Jadi tidak mengandung informasi penting mengenai jemaat Qumran dan dogma-dogma
khusus mereka. Sementara itu, goa nomor 4 memuat sejumlah tulisan kelompok ini
dan cara mereka dalam menafsirkan Taurat. Tetapi perilaku Allegro setelah itu
sangatlah aneh. Pada tahun 1970 dia menerbitkan buku dengan judul Sarapan
Suci Dan Salib. Di dalamnya dia berpendapat bahwa Almasih adalah tokoh
non-historis dan jemaat Kristen perdana menggunakan sarapan memabukkan dalam
ritual agama mereka. Sebagai akibat dari perilaku aneh ini, seseorang tidak lagi
mau menanggapi pernyataan-pernyataan Allegro setelah itu secara
serius.
Dengan perjalanan waktu, sebagian
anggota tim delapan itu meninggal. De Voux, pemimpin tim meninggal pada tahun
1971 dan digantikan oleh Fr. Pierre Benoit yang juga menjabat direktur I'Ecole
Biblique di Yerusalem seperti pendahulunya. John Allegro dan Patrick Skehan
kemudian menyusul. Akhirnya, John Strugnell menjadi pemimpin tim setelah Fr.
Pierre Benoit meninggal pada tahun 1987. Strugnell ini adalah salah seorang
peneliti barat yang sangat menguasai bahasa-bahasa Semit. Berasal dari Inggris,
tetapi bekerja sebagai guru besar studi Perjanjian Lama di institut Devinity
College di Universitas Harvard Amerika. Tampaknya, sejak menjabat ketua ini dia
langsung meninggalkan gereja Protestan dan berpindah ke
Katolik.
Menurut tradisi yang berlaku, apabila
salah seorang dari anggota tim ada yang meninggal akan ada seseorang yang
ditunjuk untuk menggantikannya sehingga jumlahnya tetap delapan. Tapi rupanya
John Strugnell mengubah tradisi ini ketika merekrut beberapa peneliti Yahudi ke
dalam tim yang jumlah keseluruhannya menjadi 20 orang anggota. Ternyata
kebijakan ini belum memuaskan badan arkeologi Israel yang saat itu sudah
memiliki kekuasaan penuh atas museum Yerusalem beserta seluruh isinya, termasuk
manuskrip-manuskrip Laut Mati.
Merupakan suatu hal yang sia-sia untuk
memisahkan keinginan badan arkeologi Israel untuk menyingkirkan John Strugnell
dengan peristiwaperistiwa yang terjadi setelah itu. Mula-mula dilancarkan
kampanye teratur di bidang proganda pers yang dipimpin oleh tiga oeng peneliti
Yahudi, yaitu: Robert Eisenman, guru besar studi Perjanjian Lama di Universitas
Oxford, Herschel Shanks pimpinan redaksi Biblical Archaeological Review di
Washington. Kampanye itu menuduh Strugnell telah melakukan konspirasi untuk
menyembunyikan rahasia manuskrip kemudian memintanya agar mengizinkan orang lain
untuk membacanya. Pada tahun 1990, Amir Drory, direktur Badan Arkeologi Israel
mengangkat Emanuel Tov, guru besar di University of Hebrew Yerusalem sebagai
direktur tim manuskrip di samping Strugnell, direktur resmi.
Sudah barang tentu, tindakan ini tidak
berkenan di hati Strugnell. Dia bahkan difitnah melalui wawancara dengan
wartawan Israel yang bernama Afi Kazman. Menurut berita yang disiarkan oleh
Kazman dalam koran HaAretz, peneliti Inggris ini menganggap agama Yahudi sebagai
agama yang menyeramkan. Agama itu hanyalah penyimpangan dari agama yang benar
yaitu Kristen. Berdasarkan keterangan ini, pemerintah Israel
menganggapnya anti Semit.
Tidak ada seorang pun yang tahu secara
pasti apakah Strugnell benar-benar mengatakan hal itu, juga dalam kesempatan apa
wawancara itu berlangsung. Sejauh yang kita tahu adalah bahwa pernyataan yang
dimuat dalam koran itu adalah pernyataannya yang terakhir, baik di Israel
ataupun di tempat lain. Setelah itu, Strugnell menghilang dari Yerusalem lalu
muncul di sebuah rumah sakit dekat Harvard. Dia tidak boleh dikunjungi. Konon
salah seorang anaknya mendapatkan keterangan dokter yang menyebutkan bahwa
ayahnya menderita sakit jiwa yang membahayakan. Karena alasan itu, dokter itu
mendapatkan perintah dari pengadilan untuk mengobatinya secara paksa. Setelah
itu, Universitas Harvard juga memecatnya dari jabatan guru besar. Inilah berita
terakhir yang kita dengar mengenai kepala tim penyiapan manuskrip Qumran untuk
diterbitkan. Dia diangkat oleh pemerintah Yordania pada tahun 1954 dan
menghabiskan 35 tahun dari umurnya untuk bekerja di dalam tim
itu.
Pada tahun 1991, Drory juga mengeluarkan
keputusan tentang pemecatan Strugnell dari jabatan ketua tim dan pengukuhan
Emanuel Tov dalam jabatannya. Setelah itu, pemerintah Israel menambahkan
beberapa orang peneliti Israel lain ke dalam jajaran anggota tim manuskrip,
hingga jumlah keseluruhan anggota tim itu menjadi lima puluh orang. Sebagian
besarnya dari orang Israel.
Pada bulan September tahun 1991,
perpustakaan Huntington di San Marino, California mengumumkan kepemilikannya
atas foto semua manuskrip Qumran dan tidak lama lagi dia akan membolehkan semua
peneliti yang ingin membacanya. Hal yang sama juga dikatakan oleh Universitas
Oxford. Tetapi kita tidak tahu bagaimana dan kapan, lembagalembaga ini
mendapatkan foto-foto tersebut. Sejauh yang diumumkan adalah bahwa pemerintah
Israel mengirimkan salinan-salinan itu untuk disimpan dan tidak boleh dibaca
kecuali dengan izin darinya.
Tidak lama kemudian Eisenman menerbitkan
terjemah foto-foto itu di Amerika Serikat. Vermes juga menerbitkannya di
Inggris. Sejak saat itu, semua orang mengumumkan bahwa permasalahannya sudah
selesai, semua manuskrip sudah diterbitkan. Kemudian setelah melakukan drama
yang tidak menarik di mana lembaga arkeologi Israel berpura-pura tidak
menyetujui penerbitannya, bahkan akan menempuh jalur pengadilan untuk
menghentikannya, tiba-tiba saja mengumumkan bahwa mereka tidak menolak
penerbitan itu. Yang aneh, suara-suara yang dulu menuntut agar para peneliti
dibolehkan melihat manuskrip-manuskrip yang tersimpan di museum Rockefeller di
Yerusalem adalah suara-suara yang
mengumumkan kepuasannya atas
semua yang telah terjadi dan merasa cukup dengan yang ditebitkan oleh
perpustakaan Huntington dan Universitas Oxford.
Apa buktinya bahwa semua naskah yang
diterbitkan itu adalah naskah yang datang dari manuskrip Qumran? Apa pula bukti
yang menunjukkan bahwa yang diterbitkan itu adalah seluruh manuskrip yang ada di
museum? Hingga saat ini, belum pernah terbit suatu penjelasan mengenai isi goa
nomor 4 dari institusi yang secara resmi diserahi tanggung jawab untuk
menyiapkan penerbitan manuskrip. Di samping itu juga tidak ada keterangan
terperinci lain yang menekankan atau menafikan kebenaran naskah yang sudah
diterbitkan di Inggris dan Amerika Serikat.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.