Tidak diragukan bahwa kita tidak
memperhatikan sejarah negeri kita (Mesir) dalam kadar yang cukup. Kita juga tidak ingin
mengetahui hal-hal yang ditinggalkan oleh para pendahulu terukir di
dinding-dinding atau tertulis dalam manuskri-manuskrip. Oleh karena itu, pada
saat diketemukannya perpustakaan lengkap di goagoa Qumran di tepian barat
sungai Yordan, kita tidak memberikan kesempatan kepada peneliti-peneliti kita
untuk ambil bagian dalam pengkajiannya. Sebaliknya, semua hal itu kita serahkah
kepada peneliti-peneliti asing. Alasan yang diberikan untuk melegitimasi
tindakan aneh ini bahwasanya sebagian besar manuskrip itu tertulis dalam bahasa
Ibrani atau Aramaik, dengan demikian bukan milik kita. Padahal bahasa Aramaik
sebenarnya adalah bahasa Suriah kuno sedang bahasa Ibrani adalah dialek Kana'an
Palestina yang ditulis dengan huruf Aramaik. Jadi bukan produk Yahudi meskipun merekalah yang terus
menggunakannya.
Hari ini, telah berlalu setengah abad
sejak diketemukannya perpustakaan lain yang akan mengubah semua yang kita tahu
tentang sejarah jemaat-jemaat Kristen perdana. Meski begitu, tidak ada satu
orangpun yang memperhatikan peristiwa ini. Juga tidak ada seorangpun yang
mengetahui isi perpustakaan yang ternyata berada di tanah kita. Perpustakaan ini
ditinggalkan oleh para pendahulu agar kita temukan dan selanjutnya kita bisa
mengetahui misi mereka.
Pada bulan Desember lima puluh tahun
yang lalu, para petani Mesir secara kebetulan menemukan beberapa jilidan Injil
Koptik yang sejak saat itu menjadi perhatian penuh ratusan peneliti diseluruh
dunia kecuali kita.
Telah berlalu beberapa tahun sejak dua
orang anak Pak Saman menemukan jilidan-jilidan Nag Hamady hingga pejabat
purbakala Mesir mengetahuinya. Setelah mengetahui nilai kepurbakalaannya, para
petani menyembunyikan manuskrip-manuskrip itu dari pemerintah Mesir dengan
harapan bisa menjualnya dan mendapatkan keuntungan materi yang lebih besar.
Lalu, ketika manuskrip-manuskrip itu dijajakan dipasar barang antik di Kairo,
para petugas badan purbakala Mesir -yang pada saat itu berada dibawah Departemen
Pengetahuan- mendengar tentang masalah itu. Untuk itu, mereka membeli jilid
pertama yang muncul di pasar dan mereka simpan di museum
I
Setelah, secara kebetulan ada seorang
ahli kemesiran dengan konsentrasi di bidang bahasa Koptik yang datang ke Mesir.
Ketika itu, Jean Dorice yang berasal dari Perancis mengunjungi museum Koptik.
Kesempatan itu digunakan oleh Togo Mina, direktur museum untuk menunjukkan satu
jilid yang ada padanya dengan maksud agar dia periksa. Semangat Mina kemudian
bertambah ketika diberitahu oleh ahli dari Perancis itu bahwa penemuan jilidan
semacam ini akan mengubah segala sesuatu yang biasa diketahui mengenai asal mula
gerakan Kristen.
Setelah itu, Togo Mina mendesak instansi
purbakala Mesir agar membeli semua jilidan yang telah ditemukan dan tidak
memperkenankan jilidanjiidan itu untuk keluar dari Mesir. Untuk itu, dia segera
melapor kepada atasan-atasannya dan akhirnya masalah itu sampai ke menteri
pengetahuan. Setelah mendengar hal itu dia langsung memutuskan untuk membeli
semua jilidan yang telah ditemukan untuk disimpan di museum
Koptik.
Kemudian, karena menteri pengetahuan
tidak bisa menyediakan dana yang cukup untuk membeli seluruh jilidan itu, para
petugas purbakala Mesir merampas seluruh jilidan yang ada di tangan para
pedagang. Akhirnya bisa dikumpulkan sebanyak 13 jilid yang berisi 52
naskah.
Selanjutnya, para petugas purbakala
Mesir menyimpan jilidan-jilidan yang ada di tangan mereka di museum Koptik.
Tetapi para pedagang berhasil melarikan banyak bagian dari jilid 13 yang berisi
5 naskah ke luar negeri. Tidak lama kemudian bagianbagian yang dilarikan itu
telah dijajakan di Amerika Serikat. Ketika Djails Kesbel, guru besar sejarah
agama di Universitas Otris Belanda mengetahui beberapa naskah yang dijajakan
itu, segera meyakinkan Yayasan Gustave Yong yang terletak di kota Zurich Swiss
untuk membeli bagian-bagian yang dijajakan itu.
Setelah melihat naskah-naskah yang telah
dibeli, Kesbel mengetahui ternyata ada bagian yang hilang dari naskah-naskah
itu. Untuk itu, dia segera pergi ke Kairo untuk mencarinya. Sesampainya di Kairo
dia langsung pergi ke museum Koptik dan mendapatkan foto dari jilidan-jiidan
yang tersisa. Setelah itu dia kembali ke hotel. Setelah sampai, dia berusaha
menyingkapkan simbol-simbol bahasa Koptik kuno dan mengenali kandungan foto-foto
itu. Kemudian terjadilah suatu kejutan besar, ketika peneliti Belanda itu
mendapatkan naskah itu dibuka dengan kata-kata berikut ini: "Ini adalah
sabda-sabda rahasia yang disampaikan oleh Yesus yang hidup dan dibukukan oleh
Dimidius Yudas Thomas."
Setengah abad sebelumnya -di Mesir juga-
juga telah ditemukan potongan papirus yang memuat bagian dari Injil Tomas,
tetapi tertulis dalam bahasa Yunani. Jadi inilah mula pertama ditemukannya Injil
itu dalam wujudnya yang lengkap. Selain itu setelah memeriksa foto-foto yang
lain, Kesbel yakin bahwa manuskrip-manuskrip itu terdiri dari 52 naskah yang
kesemuanya berasal dari abad-abad pertama Masehi. Di antaranya ada Injil yang
belum dikenal sebelumnya, seperti Injil Tomas -atau Tuhutmus dalam bahasa Mesir
kuno-, Injil Filip, Injil Kebenaran dan Injil orang Mesir. Di samping itu juga
ada beberapa tulisan yang disandangkan kepada para hawary, seperti James - atau
Yihmis dalam bahasa Mesir kuno-, Penglihatan Paulus dan surat Petrus kepada
Filip.
Selanjutnya, tidak ada perselisihan di
kalangan para peneliti mengenai waktu disembunyikannya jilidan-jilidan ini.
Yaitu pada pertengahan abad keempat Masehi. Penentuan waktu bisa disimpulkan
dari model tulisan yang terdapat di permukaan kertas papirus yang digunakan
untuk melapisi bagian dalam sampul kulit berasal dari masa itu. Kemudian pada
masa ini pulalah gereja Roma -karena memeluk agama baru- membakari semua
perpustakaan yang menyimpan informasi-informasi yang bertentangan dengan
ajaran-ajarannya. Di antara yang dibakar itu adalah perpustakaan Iskandariah
-termasuk institut teologi Kristennya- yang terletak di kuil
Serabium.
Sumber-sumber Koptik mengatakan bahwa
Santo Markus yang menulis Injil kedua dari Perjanjian Baru datang ke Iskandariah
pada pertengahan abad pertama Masehi. Selanjutnya dia hidup di sana hingga
meninggal pada tahun 74 Masehi dan dikubur di kota ini. Sepanjang abad pertama
dan kedua, Iskandariah dan perpustakaannya menjadi pusat utama
pemikiran Kristen. Ada beberapa sumber sejarah yang mengatakan bahwa pada zaman
Masehi, perpustakaan Iskandariah selain menjadi pusat pengkajian Yunani juga
menjadi pusat pengkajian filsafat Kristen dan teologi pada masa
itu.
Hanya saja, ajaran-ajaran Kristen Mesir
tidak sejalan dengan ajaran-ajaran Kristen dalam banyak hal. Bahkan bisa
dikatakan bahwa di sana terdapat persaingan pemikiran antara Roma dan
Iskandariah demi mendapatkan kepemimpinan dunia Kristen. Persaingan ini bisa
dimenangkan oleh pihak Roma hanya karena dominasi politis Roma atas sebagian
besar negeri-negeri peradaban kuno.
Hanya saja, telah terjadi perselisihan
sengit antarpara peneliti mengenai penentuan waktu penulisan naskah asli dari
naskah-naskah yang ditemukan di Nag Hamady itu. Sebagian mereka
menyatakan bahwa naskah-naskah itu ditulis sebelum tahun 180 M. Pernyataan ini
mereka dasarkan pada pernyataan Uskup Iraneaus, uskup kota Lyon yang menyebutkan
bahwa kelompok-kelompok Heretik - demikian pendeta-pendeta Eropa menamakan semua
gerakan Kristen yang datang dari Mesir- memiliki sejumlah injil yang pada saat
itu sudah menyebar di seluruh wilayah imperium Romawi. Karena buku itu ditulis
pada tahun 180 M. maka sudah semestinya injil injil yang dia ceritakan itu
sudah ada sebelum waktu ini.
Tetapi ada kelompok lain dari para
pengkaji lnjil yang menolak waktu penulisan naskah-naskah Nag Hamadi yang sangat
dini itu. Jika tulisan-tulisan ini termasuk tulisan-tulisan heretik dan
menyesatkan -sebagaimana dinyatakan oleh gereja Roma- sudah semestinya timbul
setelah tulisan-tulisan lain yang dianggap murni dan lurus oleh gereja Roma.
Karena injil-injil Perjanjian Baru berdasarkan pendapat yang berlaku saat ini
muncul pada waktu yang membentang antara tahun 75 M. hingga pertengahan abad
kedua Masehi maka para pengkaji itu menentukan waktu yang lebih kemudian -yaitu
sekitar abad ketiga Masehibagi kemunculan tulisan-tulisan Koptik Nag Hamadi.
Dan untuk menekankan waktu ini, mereka juga menentukan waktu yang kemudian bagi
kemunculan tulisan Koptik itu sendiri.
Hal ini karena ide yang berlaku di
kalangan para pengkaji barat bahwa meskipun ajaran Kristen sudah masuk ke Mesir
pada abad pertama Masehi
tetapi mereka baru berpindah agama pada
abad ketiga. Kelompok pengkaji ini bersikeras mengatakan bahwa kelompok-kelompok
Kristen yang ada di Mesir pada abad pertama itu adalah orang Yahudi atau Yunani
yang bermukim di Mesir. Dengan demikian tidak akan ada tulisan-tulisan Kristen
yang berasal dari waktu yang sangat dini ini dan memakai bahasa Koptik yang
merupakan bahasa keseluruhan masyarakat Mesir.
Oleh karena itu -tanpa bukti objektif-
para pengkaji barat menentukan waktu penulisan naskah-naskah Nag Hamady itu pada
abad ketiga Masehi. Yakni waktu masuknya orang Mesir ke dalam agama Kristen.
Nanti kita akan bahas masalah ini sekali lagi untuk mengetahui waktu munculnya
tulisan Koptik. Sedang di sini kita cukup menjelaskan alasan-alasan yang dipakai
oleh para pengkaji untuk menentukan waktu yang lebih kemudian bagian munculnya
tulisantulisan asli jilidan-jilidan Nag Hamady.
Hanya saja, para pengkaji itu menghadapi
problem yang serius saat berusaha untuk menentukan waktu penulisan naskah
terpenting yang ditemukan di Nag Hamady itu, yakni Injil Thomas. Injil ini
berbeda dengan injil-injil lain yang dikenal pada saat ini. Dia tidak memuat
cerita atau penuturan peristiwa. Sebaliknya hanya terdiri dari 114 sabda yang
disandangkan kepada Isa Almasih. Selain itu, juga sulit menganggap injil ini
heretik karena memuat jumlah besar sabda Almasih yang tersebut dalam injil-injil
Perjanjian Baru di samping sabda-sabda lain yang tidak tersebut di
sana.
Selanjutnya, sabda-sabda Almasih ini
juga disebutkan secara langsung, bukan dalam cerita. Jadi bisa ditarik
kesimpulan bahwa Injil ini lebih lama daripada injil-injil lain. Dengan
demikian, ketika pengkaji Belanda Kesbel mengusulkan tahun 140 untuk kemunculan
naskah asli dari Injil Thomas, Helmot Cuister -guru besar sejarah Kristen di Universitas Harvard dan pengkaji mutakhir
terpenting dalam masalah ini- mengejutkan semua orang ketika menyatakan bahwa
naskah asli dari Inji Thomas berasal abad pertama Masehi. Yakni mendahului
kemunculan kitab apa pun dari Perjanjian Baru, termasuk suratsurat Paulus dan
kitab Kisah Para Rasul.
Selanjutnya, ketika jabatan direktur
museum Koptik diduduki oleh Dr. Bahur Labib pada tahun 1952, dia tidak
bersemangat untuk cepat-cepat menerbitkan
naskah-naskah Nag Hamady. Hanya saja
karena mengetahui ketenaran yang akan dicapai oleh pengkaji yang menerbitkan
naskah-naskah ini, memutuskan tidak membolehkan siapa pun untuk melakukannya
tanpa seizinnya. Maka penerbitan kandungan perpustakaan Nag Hamady itu terlambat
beberapa tahun lagi.
Tapi pada tahun 1961, badan dunia UNESCO
meminta diterbitkannya jilidan-jiidan Koptik itu. Dia mengusulkan agar dibentuk
panitia internasional yang
akan berkumpul di Kairo untuk melakukan
pekerjaan ini. Selanjutnya, panitia yang dibentuk ini memutuskan bahwa langkah
pertama untuk menerbitkan naskahnaskah ini adalah mengambil foto-fotonya
sehingga bisa digapai oleh setiap pengkaji yang ingin mempelajarinya.
Demikianlah yang terjadi, proses pengambilan foto itu segera dimulai dan
berlangsung selama beberapa tahun. Antara tahun 1972 hingga tahun 1977 berhasil
diterbitkan foto naskah-naskah itu dalam sepuluh jilid. Setelah itu, James
Robinson, direktur institut studi sejarah Kristen membentuk panitia
internasional untuk mengkaji dan menerjemahkan naskah-naskah perpustakaan Koptik
Nag Hamady, suatu hal yang mendorong para mahasiswa sejarah Kristen untuk mempelajari bahasa
Koptik, terutama di Universitas Harvard di Amerika.
Perpustakaan Nag Hamady ini pun bukan
tulisan-tulisan Kristen kuno yang ditemukan di Mesir dan berbahasa Koptik.
Sebaliknya, menjelang habisnya abad kedelapan belas, seorang pelancong
Skotlandia membeli manuskrip Koptik di kota Luxor, sebagaimana juga salah
seorang penggemar barang antik menemukan manuskrip Koptik pada seorang penjual
buku-buku kuno di London. Dari terjemahan tulisan-tulisan itu diketahui berisi
dialog antara lsa Almasih dan sekelompok muridnya, di antaranya ada perempuan.
Lalu, menjelang akhir abad lalu, salah seorang ahli kemesiran asal Jerman
menemukan manuskrip Koptik dijajakan di pasar barang-barang antik di Kairo.
Manuskrip ini berisi tulisan yang disebut Injil Maria Magdalena. Di samping tiga
naskah lain yang ditemukan dalam kumpulan perpustakaan Nag Hamady setelah itu.
Para ahli arkeolog juga menemukan ribuan kertas papirus di berbagai tempat di
Mesir sepanjang abad ini (20). Kertas-kertas itu memuat tulisan-tulisan Kristen
kuno, meskipun sebagian besarnya ditulisa dalam bahasa Yunani.
Yang tidak bisa diragukan lagi bahwa
semua tulisan Kristen tertua yang ada di dunia pada saat ini, termasuk
naskah-naskah Perjanjian Baru ada di Mesir. Tidak ada satu naskah pun yang
berasal dari tiga abad pertama dan ditemukan di luar Mesir.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.