Ketika badui Ta'amirah menemukan
gua pertama di kawasan Qumran pada musim semi tahun 1947 di dekat Laut Mati,
Palestina saat itu masih berada di bawah protektorat Inggris, sedang kota
Yerusalem dan Tepi Barat berada di bawah otoritas Palestina. Tapi, Eliezar
Sukenik dan anaknya Yigael Yadin berhasil membeli tujuh naskah yang ditemukan
oleh badui Ta'amirah untuk Hebrew University. Dan mulai saat itu seluruh naskah
gua nomor 1 menjadi hak milik universitas di Jerusalem ini. Tidak lama kemudian
pecah perang Arab-Israel dan disusul pernyataan berdirinya Negara lsrael pada
tanggal 15 Mei 1948. Setelah diadakan gencatan senjata, wilayah Qumran yang
terletak di Tepi Barat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Hashemit Yordania.
Saat itu, orang-orang Yordan mengorganisir ekspedisi arkeologi untuk mencari
naskah-naskah lain.
Pendeta Perancis Roland de Voux ditunjuk
sebagai penanggung jawab ekspedisi berikut penyiapan penerjemahan dan publikasi
naskah-naskah yang ditemukan. Disisi lain, para ahli purba kala menemukan
sejumlah naskah baru yang tersebar di sebelas gereja. Untuk itu, pemerintah
Yordania pada tahun 1953 membentuk komite internasional yang terdiri dari
delapan orang peneliti untuk menyiapkan dan mempublikasikan naskah di bawah
pimpinan De Voux sendiri. Semua anggota itu selanjutnya hadir untuk bekerja di
kota Yerusalem.
Pada tahun 1967 pecah lagi perang
Arab-Israel. Di antara akibatnya adalah jatuhnya Tepi Barat ke tangan Israel,
termasuk museum Quds (Yerusalem). Pada mulanya, orang Israel tidak bisa
menemukan naskah-naskah Qumran di seluruh ruangan museum Palestina. Mereka
menyangka bahwa naskah-naskah itu telah dipindahkan ke Amman, tetapi mereka
segera menemukannya di lemari rahasia yang terletak di dalam tembok. Setelah
diperiksa, ternyata yang ada dalam lemari itu adalah seluruh naskah Qumran
kecuali naskah loyang yang pada saat itu, memang berada di ibu kota Yordania.
Naskah-naskah tersebut ditemukan oleh para ahli purbakala yang bernaung di bawah
pemerintah Yordan di bawah lantai gua no. 2.
Pada tahun 1952 M. mereka menemukan
sebuah gua yang berisi beberapa naskah. Gua ini selanjutnya dinamakan dengan gua
nomor 3. Atapnya telah runtuh sejak dahulu kala. Di sini, mereka juga menemukan
beberapa buah potongan kulit dan sekitar empat puluh buah gentong kosong. Tetapi
di samping itu mereka juga menemukan manuskrip loyang yang panjangnya dua meter
empat puluh enam cm, terbagi menjadi dua bagian dan terpendam di pintu masuk
gua. Manuskrip ini selanjutnya dipindahkan ke museum Palestina di kota Quds
(Yerusalem) dan tetap berada di sana selama tiga tahun. Setelah tiga tahun,
masnukrip ini dikirim di lnggris untuk dipotong. Kala itu, loyang tersebut sudah
mengalami proses oksidasi karena pengaruh kelembaban udara sehingga sulit
dibuka. Untuk itu, pemerintah Yordania mengirimnya ke Profesor Rite Becker, guru
besar teknik mekanika di Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Manchester di
Inggris. Profesor inilah yang kemudian memotongnya menjadi 23 bagian berbentuk
empat persegi panjang lalu dia kembalikan kepada pemerintah Yordania pada tahun
1965.
Ternyata manuskrip itu memuat teks
Ibrani dafam 12 kolom, juga beberapa simbol rahasia dan huruf Yunani. Teks ini
tidak memuat tulisan-tulisan keagamaan, tetapi menyebutkan keterangan tentang
sejumlah harta karun berupa emas dan perak yang disembunyikan di enam puluh
empat tempat berbeda di Palestina. Dalam hal ini, John Allegro -salah
seorang anggota tim yang ditunjuk oleh pemerintah Yordania
untuk mengkaji dan menerjemahkan manuskrip berhasil mendapatkan salinan
lembaran-lembaran manuskrip loyang itu. Dia juga merupakan orang
pertama yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris pada tahun
1960.
Tetapi De Voux segera menugasi Milik
-pendeta dan peneliti Polandia yang bekerja di Institut
Perancis dan kemudian menjadi anggota tim delapan itu- untuk menerjemahkannya
sekali lagi. Dia pun segera menyelesaikannya dan terjemahan itu diterbitkan oleh
Universitas Oxford pada tahun 1962. Terjemahan Allegro jauh berbeda dengan
terjemahan yang dilakukan oleh Milik ini dalam banyak bagian. Terlepas dari itu
semua, harta karun yang disebutkan dalam manuskrip itu terdiri dari sekitar tiga
ribu timbangan perak, seribu tiga ratus timbangan emas dan enam puluh lima
batang emas dan perak. Jika dikalkulasikan, jumlah semua harta karun itu sekitar
65 ton perak dan 26 ton emas.
Selanjutnya terjadi perselisihan antara
John Allegro dan anggota tim lainnya yang bertugas mengkaji manuskrip-manuskrip
itu ketika menyampaikan ceramahnya di Universitas Manchester -tempat dulu dia
bekerja sebagai guru besar bahasabahasa Semit- mengenai perincian penemuan
manuskrip loyang dan makna yang dibawanya. Dia segera mendapatkan surat dari
Yerusalem yang memintanya untuk berhenti membahas masalah itu. De Voux sendiri
sebagai ketua tim ekspedisi mengeluarkan pernyataan bahwa cerita harta karun ini
hanya fiktif. Selanjutnya, karena jumlah besar logam mulia itu merupakan
kekayaan luar biasa yang tidak mungkin dimiliki oleh masyarakat miskin seperti
jemaat Qumran, Pater Millik menyetujui pendapat De Voux bahwa kisah itu hanya
perlambang saja. Mirip seperti cerita Arab Mesir yang terkenal dengan nama "Buku
mutiara-mutiara yang terpendam dan rahasiarahasia yang berharga" yang berisi
beberapa petunjuk untuk menemukan tempat-tempat harta karun perlambang yang
mempunyai makna rohani.
Tapi, Allegro tetap bersikeras untuk
mengatakan bahwa harta karun yang disebutkan dalam manuskrip loyang itu
benar-benar ada. Selanjutnya, dia menguatkan pendiriannya dengan ditemukannya
tiga buah bejana di bawah pintu ruang utama Qumran yang di dalamnya terdapat
lima ratus keping uang perak. Selain itu, menurut Alygro, penggunaan
lembaranlembaran loyang untuk menulis sebagai ganti dari kulit atau kertas juga
menjadi bukti bahwa naskah itu berisi informasi nyata dan bukan sekadar mitos.
Selanjutnya, peneliti Inggris ini juga meyakini bahwa manuskrip itu tidak ada
hubungannya dengan jemaat Esenes yang mendiami daerah Qumran. Menurutnya, jemaat
itu memang benar-benar miskin dan tidak memiliki kekayaan sebanyak itu.
Sebaliknya, harta kekayaan itu adalah milik para pendeta rumah suci Yerusalem.
Mereka sembunyikan saat tentara Romawi mengepung kota kemudian menghancurkan
rumah suci itu.
Lebih jauh lagi, dalam bukunya mengenai
Manuskrip Laut Mati yang diterbitkan oleh Penguin pada tahun 1964, John Alygo
menulis demikian:
"Di Yordania kita mendapatkan
dukungan hangat dari Yang Mulia Raja Husen
beserta segenap anggota pemerintahan dan angkatan bersenjatanya. Setelah itu,
jalan menuju gudang harta karun di padang gurun itu terbuka lebar seperti belum
pernah terbuka
sebelumnya.
Di Manchester, Allegro berhasil
mengumpulkan sumbangan yang dia rencanakan untuk biaya pergi ke Palestina dalam
ekspedisi arkeologi untuk mencari harta karun yang hilang itu. I
Kendati begitu, para peneliti lain terus
meyakini bahwa kisah harta karun itu adalah kisah nyata. Orang Perancis Andre
Dupont-Sommer menduga bahwa harta itu adalah milik jemaat Esenes, sementara ada
beberapa orang lain yang meyakini bahwa harta itu adalah milik para pendeta
rumah suci Yerusalem yang mereka sembunyikan pada malam penyerbuan tentara
Rowami terhadap kota Yerusalem pada tahun 70 M. Manuskrip-manuskrip itu mereka
sembunyikan di dalam gua agar bisa menunjukkan tempat-tempat harta kekayaan itu
seusai penyerbuan tentara Romawi. Di antara alasan yang membuat mereka meyakini
hal ini adalah gaya penuturan realis -bukan fiktif- yang digunakan untuk menulis
manuskrip loyang itu. Misalnya di dalamnya disebutkan: "Di dalam kolam yang
terletak di bawah pagar, di sebelah timur, di tempat yanq digali pada batu
cadas: 600 batang perak" dan "di bawah sudut selatan serambi makam Sadek,
di bawah tianq separoan... bejana perasapan yanq terbuat dari kayu cemara dan
bejana perasapan yang terbuat dari kayu akasia" demikian juga dengan "di
lobanq yanq dekat, di sebelah utara, di dekat
makammakam, di lobang terbuka arah utara terdapat salinan dari buku ini yanq
menjelaskan ukuran-ukuran dan semua perincian. "
Lebih lanjut, manuskrip itu menjelaskan
tempattempat geografis kuno yang disebutkan sebagai tempat penyembunyian harta
karun. Misalnya disebutkan nama kolam yang tersebut dalam Injil Yohanes, fasal 5
yang berbunyi: "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbanq Domba ada sebuah kolam,
yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima
serambinya". Dalam manuskrip tersebut, kolam ini disebut sebagai
tempat penyembunyian beberapa batang kayu.
Selanjutnya, manuskrip loyang ini juga
merupakan satu-satunya manuskrip yang berada di tangan pemerintah Arab.
Manuskrip ini disimpan di museum Amman dan tidak disatukan dengan
manuskrip-manuskrip lain di museum Yerusalem yang jatuh ke tangan pemerintahan
Israel sejak tahun 1967.
Selain manuskrip loyang ini, masih ada
dua naskah lagi di dalam goa nomor 4. Yang pertama
tertulis dalam bahasa Ibrani dan yang lain dalam bahasa Aramaik, keduanya dari
abad pertama sebelum Masehi. Sedang isinya adalah sejumlah tulisan yang
berkaitan dengan astrologi dan psikopati. Di dalamnya disebutkan bahwa ciri-ciri
lahir seseorang tidak hanya berkaitan dengan nasibnya, tetapi juga dengan
derajat kerohaniannya. Juga disebutkan adanya keterkaitan antara tabiat setiap
orang dengan letak bintang-bintang pada saat dilahirkan.
Naskah Ibrani yang diterjemahkan oleh
Allegro tertulis dalam bentuk sandi, dari kiri ke kanan, tidak seperti cara yang
lazim dalam bahasa-bahasa Semit, yaitu dari kanan ke kiri. Di samping itu juga
berisi beberapa buah huruf Pinisia dan Yunani.
Naskah ini memaparkan kisah tentang tiga
orang dengan karakter masing-masing berdasarkan unsur cahaya dan kegelapan.
Menurutnya dua unsur itu selalu memasuki struktur setiap
orang.
-
Orang pertama memiliki unsur kejahatan dalam kadar yang tinggi. Kepribadiannya mengandung delapan bagian kegelapan dan satu bagian saja dari cahaya. Kepalanya tebal, demikian juga dengan dua pipinya, panjang gigi-giginya tidak seragam, jarijarinya juga tebal, dua pupunya juga demikian selain juga ditumbuhi bulu lebat dan jari-jari kakinya tebal dan pendek. Ruh orang ini terdiri dari delapan bagian dari bintang kegelapan dan satu bagian saja dari bintang cahaya."
-
Orang kedua adalah orang baik. Kepribadiannya terdiri dari enam bagian cahaya dan tiga bagian saja dari kegelapan. Jari-jemari kakinya lancip dan panjang. Dia ini berasal dari bintang kedua. Ruhnya terdiri dari enam bagian dari bintang cahaya dan tiga bagian dari lobang kegelapan. Hari kelahirannya di bawah telapak kaki banteng. Orang ini akan menjadi bijak dan banteng ini akan menjadi hewan yang melambangkan dirinva."
-
Yang ketiga adalah yang paling baik. Kepribadiannya berisi delapan bagian dari cahaya dan satu bagian saja dari kegelapan.
Dua matanya hitam dan bercahaya... suaranya lembut, giginya bagus dan teratur, tidak tinggi dan tidak pendek.
Sedangkan naskah yang tertulis dalam
bahasa Aramaik berbicara mengenai bentuk seorang laki-laki yang
akan muncul di masa mendatang dan akan menjadi pemimpin jemaat atau rajanya yang
terurapi. Menurutnya, orang itu akan memiliki rambut berwarna merah memiliki
tanda khusus (khatam, pent) di paha dan sudah dewasa pada umur dua tahun.
"Setelah dua tahun, dia akan mampu membedakan antara suatu hal dengan hal
lainnya. Di masa kecil dia akan seperti seorang anak yang tidak mengetahui
apa-apa hingga saat dia mengetahui tiga kitab suci. Setelah menjadi bijak dan
belajar memahami.., akan didatangi penglihatan dan dia menunduk pada sepasang
lututnya (ruku'-pent). Saat itu dia memiliki kebijakan dan mata hati, mengetahui
rahasia manusia dan dengan kebijaksanaannya akan menyeru seluruh manusia, juga
mengetahui rahasia segala makhluk hidup. Segala macam konspirasi yang ditujukan
kepadanya akan gagal. Kekuasaannya atas makhluk hidup amatlah besar
dan semua rencananya akan berhasil. Dia adalah pilihan Tuhan." (al-Mushthafa,
salah satu nama Rasulullah yang berarti "pilihan", pent-).
Tidak diketahui secara pasti apakah
jemaat Qumran ini menggunakan ilmu nujum untuk mengetahui peristiwa masa depan
ataukah mereka menggunakan tulisan-tulisan semacam astrologi sebagai tafsiran
perlambang atas keyakinankeyakinan misterius mereka.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.