Pencarian kota utopis sudah menjadi impian umat
manusia sejak menyadari wujud sosialnya, baik melalui agama; pemikiran filsafat
atau pemikiran sosial hal ini karena setiap manusia mengetahui baik dengan akal
maupun hatinya akan perlunya suatu masyarakat lain yang terbebas dari problem
dan kekurangan-kekurangan yang ada dalam masyarakat tempat dia
hidup.
Rupanya, Jemaat Esenes juga
memimpikan terwujudnya kota utopis semacam itu. Kota yang mereka impikan itu
mereka namakan Yerusalem baru. Dalam hal ini telah ditemukan potongan-potongan
tulisan berbahasa Aram di enam gua di Qumran. Potongan-potongan ini menceritakan
kondisi yang akan dialami oleh kota Yerusalem di akhir zaman. Cerita ini
dituturkan melalui mulut seseorang yang bercerita tentang sebuah mimpi tentang
masa depan.
Dalam mimpi itu dia mengunjungi kota
Yerusalem Baru tersebut. Orang itu mengatakan: "Saya dituntun masuk ke dalam
kota. Setelah itu, dia mengukur luas seluruh komplek perumahan, panjangnya,
lebarnya, jalan setapak yang mengelilingi kompleks perumahan, lorong-lorong
jalan, jalan utama yang membelah tengah kota: lebarnya tiga belas galah. Semua
jalan dilapisi batu putih, batu granit. Selanjutnya orang itu memperlihatkan
kepadaku luas pintu samping yang berjumlah delapan puluh buah. Luas pintu-pintu
samping itu dua galah. Setiap pintu memiliki dua daun yang terbuat dari batu.
Dia menuntunku lagi ke kompleks rumah-rumah dan menunjukkan kepadaku rumah-rumah
yang ada di sana.
Terdapat kemiripan antara kisah ini
dengan kisah yang tersebut di dalam kitab Yehezkiel berikut
ini:
"Lalu dibawanya aku ke balai
Bait Suci dan ia mengukur tiang-tiang temboknya: tebalnya lima hasta yang
sehelah sini dan lima hasta yang sebelah sana; lebar pintu itu empat belas hasta
dan dinding sampingnya masing-masing tiga hasta. Panjang balai Bait Suci itu
adalah dua puluh hasta dan lebarnya dua belas hasta. Orang dapat naik ke situ
melalui tangga yang sepuluh tingkat dan dekat kedua tiang tembok itu ada dua
tiang, satu sebelah sini dan satu sebelah sana. "
Selanjutnya, hal yang sama juga tersebut
lagi dengan lebih jelas dalam fasal 3 dari kitab Wahyu Yohanes dari Perjanjian
Baru, yaitu:
"Barangsiapa menang, ia akan
kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-ku, dan ia tidak akan keluar lagi
dari situ; dan padanya akan kutuliskan nama Allah-ku, nama kota Allah-Ku, yaitu
Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allahku.
Pada zaman Musa, Yerusalem belum menjadi
kota suci. Hal ini sama sekali tidak diterangkan dalam kitab Taurat yang lima.
Ketika itu yang dianggap sebagai kota suci adalah Sinai. Dalam hal ini, kitab
Keluaran fasal tiga menyebutkan bahwa Musa menggembala kambing Yetro, mertuanya,
imam Midian.
“Adapun Musa, ia biasa
menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian ". Sekali, ketika
ia menggiring kambing domha itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung
Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di
dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu iu melihat, dan tampaklah:
semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku
menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak
terbakar semak duri itu? "Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk
memeriksanya, berserulah.Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya:
"Musa, Musa! " dan ia menjawab: "Ya, Allah. "Lalu la berfirman: "Janganlah
datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana
engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus. "Di tempat ini, di atas
gunung Sinai yang pada saat ini ditempati biara St. C'aterine, Taurat turun
kepada Musa yang tetap berada di atas gunung itu selama empat puluh hari
ditemani oleh calon penggantinya, Yosua. Bahkan pada akhir masa yang menurut
sumber-sumber Yahudi, Daud dan Sulaiman hidup di kota Yerusulem itu masih
terdapat cerita tentang tokoh simbolik yang tersebut dalam fasal 19 dari kitah I
Raja-Raja yang masih menganggap gunung Sinai sehagai tempat suci bagi keturunan
Israel. Diceritakan bahwa Elia yang malu karena kaumnya menyembah berhala
berjalan di padang gurun sejauh sehari perjalanan hingga: duduk di bawah sebuah
pohon arar Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN,
ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku. "
Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba
seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah! "
Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan
sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.
Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta
berkata: "Bangunlah, makanlah.' Sebab kalau tidak, perjalanmu nanti terlalu
jauh bagirnu. " Maka bangunlah ia, lalu makan dan rninum, dan oleh kekuatan
makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sumpai ke
gunung AIlah, yakni gunung Horeb. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan
bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: “Apakah kerjamu
di sini, hai Elia? " Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah
semesta alam, karena orang lsrael meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan
mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang
dirilah yung masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku. " Lalu firman-Nya:
"Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN! " Maka TUHAN lalu!
Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit
butu, mendahului TUHAN Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin
itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa
itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu
datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Segera sesudah Elia
mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, IaIu
pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang
berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja
segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan
perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan
pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut
nyawaku. " Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu melalui
padang gurun ke Damsyik... "
Kota Yerusalem baru menjadi kota suci
bagi orang Yahudi setelah dibangun kembali pada abad kelima sebelum Masehi atas
izin raja Persia Darius. Raja ini mempersilakan mereka untuk membangun kuil
orang Yebus kuno. Tidak ada bukti historis yang menyatakan bahwa mereka tinggal
di kota Yerusalem sebelum kota ini dihancurkan oleh Nebukadnezar pada abad
sebelumnya, meskipun mereka mempunyai beberapa tempat suci di puncak-puncak
gunung yang mengelilingi kota itu. Yebus sendiri adalah salah satu bangsa Semit
yang keluar dari Semenanjung Arabia dan mendiami kota Yerusalem semenjak
melinium ketiga sebelum Masehi hingga dihancurkan oleh bangsa Babel yang
kemudian meninggalkan kota itu dalam keadaan porak poranda. Sebaliknya,
peninggalan-peninggalan sejarah malah menunjukkan bahwa kawasan Yerusalem itu
pernah dikuasai oleh Mesir sejak masa pemerintahan Tuhutmus III, pembangun
imperium pertama yang batas-batasnya membentang dari Nil hingga Eufrat pada
pertengahan abad lima belas sebelum Masehi. Selanjutnya, ketika Amonhoteb
III naik tahta, kekayaan Mesir mencapai batas yang belum
pernah dicapai sebelumnya juga tidak pernah dicapai dalam masa-masa
setelahnya.
Raja yang masa pemerintahannya dipenuhi
suasana damai ini bisa menggunakan kekayaan ini untuk pembangunan, baik di Mesir
sendiri atau di Syiria dan Kanaan. Di daerah-daerah itu telah dibangun sejumlah
kuil, istana dan kota-kota berbenteng. Adanya banyak tawanan perang ketika itu
sangat berpengaruh dalam memperbanyak jumlah tenaga manusia. Biasanya mereka ini
diperkerjakan untuk memotong batu dan membangun. Di sebelah utara benteng
Yerusalem terdapat daerah protektorat Mesir. Semua bukti menunjukkan bahwa raja
Mesirlah yang membangun kuil pertama di daerah itu. Detail keterangan mengenai
kuil-kuil yang tersebut dalam kisah itu juga menunjukkan bahwa bentuknya mirip
dengan kuil-kuil Mesir yang dibangun di Beat-Sean, Megido dan Gezer oleh raja
yang sama.
Surat-surat Tel Amarina yang dikirimkan
oleh bupati Yerusalem kepada I khnaton menandaskan bahwa orang-orang Mesir telah
meninggalkan protektor militer yang terdiri dari pasukan berkuda di kota
Yerusalem. Diperkirakan mereka bermukim di daerah yang terletak di sebelah timur
Masjidil Aqsa. Selanjutnya, kekuasaan Mesir itu terus bertahan hingga masa
pemerintahan Ramsis IV pada akhir abad kedua belas sebelum
Masehi.
Sementara kitab II Samuel menyebutkan
bahwa raja Daud menguasai sebuah benteng di kota Yerusalem di akhir abad
kesebelas sebelum Masehi, penggalian arkeologi hingga saat ini belum mampu
membuktikan kebenaran riwayat ini. Kemungkinan besar, berdasarkan bukti-bukti
sejarah, kota Yerusalem itu tetap menjadi kota orang Yebus hingga dihancurkan
oleh pasukan Nebukadnezar.
Sejak Nehemia membangun kembali kota
Yerusalem dan menarik suku-suku Yahudi untuk menghuninya, para wali kota dipilih dari kalangan
pendeta yang memimpin ritual peribadatan di kuil baru yang terletak di atas
batu.
Hanya saja, sebagian orang
Yahudi -terutama jemaat Qumran- menolak berkuasanya para pendeta, baik pada
tatanan politik dan sosial untuk bangsa Yehuda atau masalah-masalah ibadah dan
keyakinan sekalipun.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.