Tidak diragukan lagi bahwa
masalah pokok yang menyibukkan benak umat manusia sejak menyadari wujud
mereka di dunia ini adalah kematian, ketika tubuh mereka
berhenti bergerak dan mulai meleleh dan melebur. Apakah kematian ini adalah
akhir wujud manusia? Inilah pertanyaan yang ingin dijawab oleh akal manusia
sejak dahulu kala. Sementara itu, manusia mengamati adanya jenis-jenis binatang
yang umurnya tidak lebih dari beberapa tahun saja dan dalam waktu yang sama juga
melihat beberapa benda alam -seperti gunung-gunung dan bintang-bintang- terus
bertahan dan bergerak. Sedang dalam dunia flora mereka mengamati bahwa perubahan
musim bisa menyebabkan kematian. Pada musim gugur dan dingin, tumbuh-tumbuhan
itu mati tetapi segera disusul oleh kehidupan baru lagi pada musim semi dan
musim panas. Apakah setelah kematian, kehidupan manusia akan kembali
seperti itu juga?
Dalam hal ini, orang Mesir kuno adalah
bangsa yang pertamakali mengatakan bahwa wujud manusia terdiri dari jasad dan
ruh. Bahkan wujud ruh itu pun mereka anggap ganda. Yang satu mereka sebut dengan
"Ba" sedang yang lain mereka sebut dengan "Ka". Setelah menggapnya ganda, orang
Mesir kuno kemudian meyakini bahwa unsur ruh ini tetap kekal hingga setelah
hancurnya jasad materi. Untuk itu mereka berusaha mengawetkan tubuh itu agar
tidak hancur atau hilang. Dengan bahan-bahan kimia, mereka pun membalsem mayat
agar tetap berada pada bentuknya yang semula. Selain itu mereka juga terbiasa
membuat kuburan yang terlindung di dalam batu-batu cadas. Belum puas,
kuburan-kuburan itu masih diberi mantera-mantera atau tulisan-tulisan yang
mereka yakini memiliki kekuatan untuk melindungi manusia dalam perjalanan menuju
alam akhirat. Itu semua karena berkeyakinan bahwa suatu saat nanti arwah-arwah
itu akan kembali ke jasad sehingga jasad itu pun akan hidup
kembali.
Selanjutnya, karena keyakini terhadap
adanya kekuatan-kekuatan tersembunyi dari Tuhan yang mengendalikan manusia,
orang Mesir kuno meyakini perlunya membuat kekuatan-kekuatan itu berkenan. Bukan
hanya dengan cara mempersembahkan kurban tetapi juga dengan mematuhi perilaku
etik tertentu. Dengan harapan para dewa berkenan dan tidak menghalangi mereka
untuk berjalan pulang menuju kehidupan baru.
Dengan demikian, kembalinya ruh atau
kembalinya kehidupan setelah mati menjadi perwujudan dari ide kepurnaan final
bagi manusia. Selanjutnya, papirus-papirus buku kematian yang mereka letakkan di
dalam kubur menunjukkan suatu keyakinan kuno bahwa setiap manusia akan melalui
pengadilan setelah kematiannya. Yang mana seluruh amalan-amalannya akan
ditimbang dengan "Maat" (lambang kejujuran). Selanjutnya, berdasarkan pengadilan
itu, hanya orang saleh yang tidak pernah merugikan sesamanya yang diperkenankan
untuk kembali menuju kehidupan lain.
Kemudian, lantaran proses pembalseman
-yang memakan waktu tujuh puluh hari- dan pemakaman itu memerlukan biaya yang
tidak bisa ditanggung oleh rakyat biasa, para raja dan kaum ningrat sajalah yang
mampu menggapai keselamatan melalui kehidupan lain. Untuk itu, orang-orang Mesir
kuno menyucikan para penguasa dan kaum ningrat yang mereka gambarkan sebagai
jenis makhluk lain, sebab kehidupan manusia biasa tidak akan mendapatkan
kekekalan kecuali dengan perantaraan mereka ini.
Lalu, meskipun agama Yahudi telah
menyerukan kepada satu Tuhan yang tidak mempunyai bentuk atau patung, aliran
Yahudi Rabinik yang keluar dari tawanan Babel tidak meyakini kekalnya ruh,
kehidupan setelah mati atau hisab (penghakiman). Sedangkan konsep keselamatan
Yahudi kala itu hanya berdiri di atas prinsip bahwa bangsa Israel adalah bangsa
yang dipilih oleh Tuhan, pada akhir
zaman akan muncul mesiah -raja
Israel yang datang dari keturunan Daud- yang menolong bangsanya dan membuat
mereka berkuasa atas seluruh bangsa. Kendati begitu, masih ada sejumlah besar
nabi Bani Israel yang menyerukan dogma kekekalan ruh dan menantikan keselamatan
akhir manusia. Para nabi ini mengatakan bahwa mesiah yang dinantikan itu akan
membawa keselamatan ini, dia ini berasal dari kalangan mereka -mereka mengaku
sebagai orang Israel yang sebenarnya- dan akhirnya juga mengatakan bahwa mesiah
ini akan menghukum para penguasa Yehuda bersamaan dengan musuh-musuh Tuhan. Di
sisi lain, sebagian besar nabi Bani Israel mati dibunuh oleh Bani Israel
sendiri. Akibatnya, seruan keselamatan berubah menjadi pertikaian antara mesiah
sang juru selamat dengan para pemimpin bangsa yang memerintah dan menindasnya.
Karena itu juga, jemaat Qumran yang mematuhi ajaran-ajaran para nabi terpaksa
melakukan amal ibadahnya secara sembunyi-sembunyi dan tidak membuka rahasia
mereka untuk menghindari bahaya penyiksaan.
Dalam kondisi seperti ini, tidak
mengherankan jika di antara sejumlah naskah Qumran itu ada yang memberitakan
perihal penantian jemaat Qumran akan datangnya hari keselamatan. Suatu hari di
mana kekuatan setan yang diwakili oleh para pendeta rumah suci Yerusalem akan
lenyap, sedang jemaat Qumran akan menang bersamaan dengan kedatangan guru
mereka. Kemenangan ini bukan saja terhadap setan, tetapi juga terhadap kematian.
Sebuah kemenangan yang menjadi pertanda dimulainya kehidupan abadi dan
keselamatan manusia untuk selama-lamanya.
Jemaat Qumran menantikan saat kembalinya
sang guru bijak ke alam kehidupan lagi. Dan kembalinya ini merupakan isyarat
telah tibanya hari akhir (hari kiamat) dan dimulainya hisab. Guru itulah yang
nantinya akan memimpin perang keselamatan terakhir untuk melenyapkan kejahatan
dan kegelapan kemudian menggantikannya dengan zaman kecerahan abadi. Di samping
itu, pendeta jahat -si tukang bohong dan munafik- yang ketika memimpin Israel,
meninggalkan Tuhan dan mengkhianati syariat demi harta, mencuri dan mengumpulkan
harta orang-orang yang tidak mempunyai kasih sayang dan menentang Tuhan,
begitulah dia merampas harta orang lain hingga menambahkan dosa dan kelaliman ke
dalam sifatsifatnya. Namun demikian, naskah yang memuat komentar atas kitab
Habakuk menyebutkan bahwa pendeta jahat itu menemui ajalnya di tangan
musuhmusuhnya karena telah berbuat salah terhadap Tuhan.
Selanjutnya, di antara naskah-naskah
yang ditemukan di gua Qumran nomor 1 ada satu naskah yang dinamakan dengan
naskah "Peperangan". Naskah ini menceritakan secara terperinci pertikaian rohani
yang terjadi antara sebuah kelompok yang disebut dengan "Putra Cahaya" dan
kelompok lain yang disebut dengan "Putra Kegelapan" yang kadangkadang juga
dinamakan dengan "Kitim". Selain itu, naskah ini juga menggunakan nama-nama
bangsa dan suku kuno secara simbolik untuk menyatakan berbagai pihak yang ikut serta dalam peperangan ini. Misalnya,
dia menggunakan nama Lewi, Yehuda dan Edom berhadap-hadapan dengan Adom,
Benyamin, Moab, putra-putra Amon dan bangsa Filistia. Semua bangsa dan suku yang
tersebut ini adalah bangsa dan suku yang pernah tinggal di tanah Palestina dan
Yordan pada abad kedua belas sebelum Masehi. Selanjutnya, di samping nama-nama
itu masih ada satu nama lagi, yaitu Kitim Asyur. Berdasarkan informasi yang
terdapat dalam naskah "peperangan" bahwa pertempuran menentukan yang dilancarkan
oleh putra-putra Cahaya terhadap pasukan Beleal (yaitu setan) yang
terdiri dari putra-putra Kegelapan akan dimulai ketika Putra-putra Cahaya yang
diasingkan pulang dari pengasingan di tengah padang gurun dan mendirikan kemah
di gurun Jerusalem. Setelah pertempuran selesai, mereka bertolak dari sana untuk
memerangi raja Kitim di Mesir yang akan memerangi raja-raja utara dan dengan
kemurkaannya akan melenyapkan sisa-sisa pasukan mereka.
Setelah itu, mulailah fase berdaulatnya
bangsabangsa yang tunduk kepadanya, dihabisinya bangsabangsa Beleal
secara total dan akan habis pula kekuasaan Kitim. Segala kejahatan pun akan
dikubur tanpa terkecuali, tetapi putra-Putra Kegelapan masih
tersisa.
Kitab Peperangan ini merupakan tafsiran
simbolik tidak nyata atas pertikaian antara "Putra Cahaya" dan "Putra
Kegelapan". Menurut keyakinan yang berlaku, pertikaian itu akan berlangsung
selama empat puluh hari dan fase-fasenya pun telah ditentukan. Kita juga melihat
bagaimana dua kekuatan itu hampir seimbang, tetapi Allah Yang Maha Kuat
segera turun tangan dan melancarkan pukulan abadi kepada setan beserta segenap
jemaat dan kerajaannya.
Lebih jelasnya, naskah itu
berisi:
-
Pernyataan perang melawan Kitim
-
Pengaturan kembali peribadatan di rumah suci Yerusalem.
-
Penyusunan siasat peperangan yang akan berlangsung selama empat puluh hari.
-
Naviri (terompet) yang berjumlah tiga belas. Masing-masing memiliki arti tertentu. Ada yang menandakan pengumuman perang, ada yang menandakan diakhiri peperangan dan demikian selanjutnya.
-
Penentuan bendera-bendera yang menaungi tentara dan dibawa oleh regu-regu yang bermacam-macam.
-
Koordinasi pasukan dan angkatan yang akan menempati garda depan.
-
Jalur perjalanan regu pejalan kaki penyerbu
-
Koordinasi dan gerak regu penunggang kuda
-
Umur-umur tentara yang ikut serta dalam peperangan. Tiap regu terdiri dari para prajurit yang memiliki umur tertentu.
-
Pengaturan kemah-kemah tempat berkumpulnya regu-regu tentara.
-
Fungsi pendeta-pendeta jemaat pada saat peperangan berkecamuk.
-
Khutbah yang akan disampaikan dan doa-doa yang akan diikuti oleh semua tentara.
-
Doa terakhir yang akan dipanjatkan pada saat kemengan telah diraih, juga cara menyelenggarakan pesta kesyukuran.
Pasukan Putra Cahaya terdiri dari regu
pejalan kaki dari anak-anak muda yang umur mereka berkisar antara lima belas
hingga tiga puluh tahun, regu penungang kuda berusia antara tiga puluh tahun
hingga empat puluh tahun, kemudian para perwira yang berusia antara empat puluh
hingga enam puluh tahun serta para komandan yang berusia antara lima puluh
hingga enam puluh tahun. Sedang para pendeta Jemaat bertugas meniup terompet
peperangan untuk memberikan tanda dimulainya penyerangan dan tanda untuk mundur.
Sebelum perang dimulai, seluruh anggota pasukan Putra Cahaya melakukan shalat
jamaah kemudian berteriak sekeras-kerasnya untuk membuat takut hati musuh.
Setelah itu mereka bergerak maju di bawah bendera yang bertuliskan "Bangsa
Tuhan". Pada saat itu, berdasarkan informasi yang tersebut dalam naskah
peperangan, murka Allah akan berkobar dan membakar Beleal (setan) dan jemaat
yang menyertainya hingga tidak ada satu pun yang tersisa.
Ada kemiripan yang cukup jelas antara
beberapa bagian dari naskah Peperangan milik jemaat Qumran dengan yang tersebut
dalam fasal sebelas dari kitab Nabi Daniel yang berasal dari tahun 160 sebelum
Masehi. Di situ disebutkan:
Daniel
11: 40-45
11:40 Tetapi pada akhir zaman
raja negeri Selatan
akan berperang dengan dia, dan raja negeri Utara itu akan menyerbunya dengan kereta dan orang-orang
berkuda dan dengan banyak kapal; dan ia akan memasuki negeri-negeri, dan menggenangi dan meliputi
semuanya seperti air bah.
11: 41 Juga Tanah Permai akan dimasukinya, dan
banyak orang akan jatuh; tetapi dari
tangannya akan
terluput
tanah Edom,
tanah Moab dan bagian yang penting dari bani Amon.
11: 42 la akan menjangkau
negeri-negeri, dan negeri Mesir tidak akan terluput.
11: 43 la akan menguasai
harta benda emas dan perak dan segala barang berharga negeri Mesir, dan orang
Libia serta orang Etiopia akan mengikuti dia.
11: 44 Tetapi kabar-kabar dari
sebelah timur dan dari sebelah utara akan mengejutkan hatinya, sehingga ia akan
keluar dengan kegeraman yang besar untuk memusnahkan dan membinasakan banyak
orang.
11: 45 la akan mendirikan
kemah kebesaranya di antara laut
dan gunung Permai yang kudus itu, tetapi kemudian ia
akan menemui ajalnya dan tidak ada seorang pun yang menolongnya.
"
Daniel 12: 1-2
12: 1 " pada waktu itu juga akan
muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu;
dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi
sejak ada bangsabangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu
akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis
dalam Kitab itu.
12: 2 Dan banyak dari antara
orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun. sebagian untuk
mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang
kekal.
Demikianlah, kita mendapatkan perbedaan
mendasar antara keyakinan-keyakinan jemaat Qumran dengan ajaran-ajaran para
Pendeta Rumah Suci Yerusalem, hingga menjadikan mereka
mewakili beleal atau setan.
Namun begitu, dalam waktu yang sama juga
mendapatkan perbedaan pokok antara hal-hal yang diserukan oleh jemaat Qumran
Esenes dan dogmadogma Kristen setelah itu. Demikianlah hal ini terjadi,
meskipun ada sisi kesamaan antara dogma-dogma jemaat Qumran dengan ajaran-ajaran
yang diserukan oleh Yohanes pembaptis (Yahya) pada awal masa Kristen. Dalam
Injil Matius, fasal 3 telah disebutkan bahwa: Pada waktu itu tampillah
Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: "Bertobatlah, sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat!". Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi
Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang
berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan
bagi-Nya ".
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.