Siapakah Guru Bijak bagi Jemaat Qumran
dan siapa pula Pendeta jahat? Injil Matius menceritakan tentang kelahiran
Almasih ;
"Sesudah Yesus dilahirkan di
Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang orang Majus
dari Timur ke Jerusalem dan bertanyatanya: Di manakah Dia, raja orang Yahudi
yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami
datang untuk menyembah Dia. " Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah
ia beserta seluruh Jerusulem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli
Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias
akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena
demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi." (Matius 2 : 1 -
5)
"Lalu dengan diam-diam Herodes
memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya
kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke
Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak
itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku.... "
(Matius
2 : 7 - 8)
"Setelah mendengur kata-kata
raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur
itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu
berada "... .... lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta
bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada -Nya, yaitu emas, kemenyan dan
mur. (Matius 2 : 9, 11)
"Dan karena diperingatkan dalam
mintpi, supaya jangan kemhali kepada Herodes.....2: 13 Seteluh orang-orang majus
itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata:
"Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di
sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencuri Anak itu untuk
mernbunuh Dia." (Matius 2 : 12 - 13).
"Ketika Herodes tahu, bahwa ia
telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah Lalu ia menyuruh
membunuh sernua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur
dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang
majus itu ". (Matius : 16)
"Setelah Herodes mati, nampaklah
malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katatnya ; "Bangunlah,
ambillah anak itu.serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena rnereka
yang hendak rnemhunuh Anak itu sudah mati." (Matius 2 : 19-20)
Padahal, Raja Herodes telah mati pada
tahun ke-4 SM, oleh sebab itu maka sejatinya kelahiran Almasih dan tragedi
pembunuhan anak-anak bayi - berlandaskan para riwayat ini - semestinya terjadi
pada masa sebelumnya, apalagi Injil-Injil Perjanjian Baru menentukan bahwa
kematian Almasih terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Romawi Pontius Pilatus
yang memerintah Palestina antara tahun 26 - 36 M. Berhubung Jemaat Qumran bisa
jadi telah ada semenjak tahun ke-2 SM, hingga pertengahan abad ke-1 M -yang
meliputi masa kelahiran dan kematian Almasih- sebagian besar kalangan
memperkirakan akan dapat menemukan sumber-sumber yang menyinggung atau
mengomentari peristiwa ini, membenarkan atau menafikan penafsiran-penafsiran
yang berkembang.
Namun sayang tulisan-tulisan
kuno dari Qumran yang telah diterjemahkan dan dipublikasikan sama selk
manusia yang lain -tanpa menyebutkan nama dan
masa kehidupannya- Dia disebut sebagai Guru Bijak yang telah mati pada masa lalu
dan mereka sedang menantikan kedatangannya kembali.
Dari tulisan-tulisan yang ada dalam
kepemilikan Jemaat Qumran, didapat kejelasan bahwa orang-orang dari sekte Esenes
berkeyakinan bahwa mereka mewakili golongan "perjanjian baru" berhadapan dengan
"perjanjian lama" sebagaimana klaim Yahudi. Inti ajaran "perjanjian lama" bagi
Yahudi dibangun di atas dasar kepatuhan mereka untuk mengkhitankan anak
laki-laki, sebagaimana termaktub dalam Kitab Kejadian, tatkala Tuhan berfirman
kepada Ibrahim :
"Dan pihakmu, engkau harus
memegang perjanjian-Ku. engkau dan keturunanmu turuntemurun. Inilah
perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta
keturunanmu yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah
dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan
kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-Iaki di
antara kamu, turun-temurun; baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli
dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang
yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka
dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang
yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka
orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah
mengingkari perjanjian-Ku. " (Kejadian 17: 9-14)
Ketika lahir Agama Kristen, Paulus
mengatakan bahwa karakteristik "perjanjian lama" yang berlandaskan
afiliasi berdasarkan hubungan darah, telah berakhir. Ini di pihak lain merupakan
pertanda dimulainya "masa perjanjian baru", bagi siapa saja yang beriman
pada kebangkitan Almasih.
Selain mereka, Jemaat Esenes Qumran -
diperkirakan telah ada puluhan tahun sebelum kelahiran al-Masih- juga mengklaim
bahwa mereka pun mewakili golongan "perjanjian baru", meskipun bahwa Jemaat ini
telah menjadi bagian integral dari eksistensi Yahudi. Inti ajaran "perjanjian
baru" adalah bahwa setiap orang yang beriman pada kebangkitan Almasih -atau yang
beriman pada kehidupan akhirat - tidak akan mengalami mati, sebab yang mati
hanyalah wujud materi (jasad), sedangkan arwah bersifat abadi. Sebagaimana
dimaklumi bahvra ajaran Yahudi dari para pendeta Rumah Suci di Jerusalem tidak
mengimani wujud arwah, tidak pula kehidupan sesudah mati, dan justru
persoalan-persoalan tersebut menjadi substansi ajaran Kristen.
Berdasarkan sumber-sumber dari tulisan
mereka sendiri, dapat diketahui bahwa Jemaat Qumran mempunyai seorang guru yang
dijuluki sebagai "Guru Bijak", yang hidupnya berakhir tragis dan berdarah; pada
masa lalu yang tidak diketahui bilangan tahunnya secara pasti dan diperkirakan
pada tahun ke-2 SM.
Yang menyebabkan kematiannya adalah
seorang Pendeta jahat. Berdasarkan keterangan yang tertera dalam tulisan-tulisan
tangan yang berisi penafsiran atas Kitab "Habakuk" dan juga dalam Kitab
"Pertempuran antara Anak Cahaya dan Anak Kegelapan", disebutkan bahwa "Tuhan telah membeberkan
kepadanya semua rahasia para Nabi Hamba Tuhan". Perlu dicamkan, bahwa di sana
terdapat persamaan yang cukup besar antara "Guru Yang Bijak" dengan "Isa
Almasih" yang kita kenal melalui tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru dan dari
AI-Qur'an. Seorang peneliti berkebangsaan Perancis, Andre Dupont-Sommer, telah
melakukan studi perbandingan di antara keduanya, dan mengeluarkan pernyataan :
"Murid-murid meyakini bahwa Guru Bijak -yang mirip dengan Yesus- itu adalah
Almasih hamba Allah dan Juru Selamat. Keduanya sama-sama menentang kependetaan
Yahudi, sama-sama dihukum mati, sama-sama menghujat kependetaan Rumah Suci
Jerusalem dan keduanya memimpin sebuah jemaat yang anggota-anggotanya sedang
menantikan kedatangan dirinya pada akhir zaman untuk memimpin
dunia".
Namun demikian, dalam penafsiran mereka
atas urgensi naskah-naskah Qumran dalam upaya mengetahui asal usul Kristen, para
peneliti berbeda pandangan mengenai masalah ini, Sebagian menafikan adanya
hubungan antara Jemaat Qumran dan Sejarah Kristen, sedangkan sebagian lain
seperti Profesor Tatcher dari University of Cambridge berkeyakinan bahwa Guru
Bijak itu tidak lain adalah Isa Almasih dan orang-orang Esenes itu adalah para
penganut Kristen golongan pertama.
Bahkan, salah seorang dari delapan
peneliti yang dipilih oleh pemerintah Jordan untuk melakukan studi atas
transkrip kuno dari Qumran, yakni John Allegro, dari Manchester University
berpendapat bahwa Yesus sama sekali bukan "tokoh historis" akan tetapi dia
adalah "tokoh mitologis". Edmund Wilson, penulis berkebangsaan Amerika Serikat,
pada beberapa tulisannya menyatakan bahwa kelahiran agama Kristen itu
sesungguhnya bukan di Betlehem, tetapi di Qumran. Hanya saja mayoritas peneliti
tidak begitu saja mengiyakan pendapat yang sangat radikal ini, namun mereka juga
tidak menafikan bahwa tulisantulisan kuno dari Qumran itu kelak akan membawa
perubahan besar dalam menafsirkan rentetan peristiwa yang terjadi pada periode
awal sejarah Kristen yang masih terselubung. William F. Albright - peneliti dari
Amerika Serikat yang mempunyai banyak sekali tesis arkeologis Palestina dan
tulisan-tulisan kuno- mengatakan, "sumber-sumber terbaru ini akan melahirkan
perkembangan spektakuler sehubungan dengan pandangan kita terhadap sejarah awal
agama Kristen,". Tetapi di sekelompok akademisi yang terdiri dari para guru
besar jurusan studi Perjanjia Lama mengatakan bahwa Yesus justru merupakan salah
seorang murid dalam Jemaat Qumran sehingga dengan demikian, ajaran-ajaran Yesus,
praktis bersumber dari Jemaat tersebut.
Upaya-upaya para ilmuwan sejarah dan
arkeologi menemui jalan buntu sebelum berhasil menyingkap jati diri "guru bijak"
dan "si pendeta jahat". Untuk itu diusulkan beberapa nama yang pernah disebut
oleh sejarah penguasa-penguasa Kerajaan Yehuda Hasmoneon sekitar abad ke-2 SM. Namun
sejauh itu tidak ada sesuatu yang menguatkan asumsi tersebut, bahkan Yosephus,
Sejarawan Yahudi paling populer di masanya, sedikitpun tidak pernah menyinggung
jati diri kedua orang misterius itu. Pendapat yang cukup kuat adalah sang guru
hidup pada abad sebelumnya dan di samping itu, para anggota Jemaat berkeyakinan
bahwa para pendeta rumah suci Jerusalem adalah para penerus pendeta jahat dan
perwujudan setan di muka bumi.
Semua yang kita ketahui tentang
tulisan-tulisan kuno Jemaat Qumran menyebutkan, Guru bijak itu mengetahui
penafsiran yang benar atas ajaran-ajaran para Nabi, aturan-aturan pelaksanaan
perayaan hari raya. Sedangkan Pendeta jahat -yang kadangkala disebut Pendeta
pendusta- berselisih pendapat dengan sang Guru kemudian dia memeranginya. Sang
guru melarikan diri bersama para murid ke sebuah tempat di wilayah Damsyik,
namun bukan kota Damaskus, ibukota Suriah dewasa ini. Nama ini dipergunakan
untuk menunjukkan lokasi tertentu yang dirahasiakan dan tidak mengetahuinya
secara pasti kecuali para murid. Sebagaimana dimaklumi bahwa Jemaat Qumran
menafsirkan tulisan-tulisan mereka seolaholah tulisan itu adalah rangkaian
rumus. Para calon anggota Jemaat diwajibkan mengucapkan sumpah untuk tidak
membocorkan makna-makna khusus yang mereka pergunakan untuk menafsirkan
peristilahan seperti itu. Namun pada akhirnya pendeta jahat itu datang dan
menyerang sang guru di tempat persembunyiannya. Penyerangan sang guru oleh
pendeta jahat terjadi pada hari yang kemudian dikenal dengan "hari raya Kipur"
atau "hari pengampunan". Kemudian si pendeta menangkap sang guru dan menelannya.
Riwayat yang lain menyebutkan bahwa Tuhan telah menyelamatkan dia dari
mereka.
Yang perlu menjadi catatan adalah,
pendapat otoritas gereja hingga abad ke-4 M, mereka mengatakan bahwa Yesus
mempunyai wujud yang telah ada sebelum dia menampakkan dirinya kepada para
sahabatnya di Palestina. Josephus, Sejarawan gereja paling awal, mengatakan,
"Yesus memiliki sosok yang kembar....,
masing-masing
dari Yesus dan Almasih merupakan nama yanq dipuja, hingga oleh para nabi Allah
semenjak asal. Tugas saya di sini untuk menjelaskan bahwa kekudusan dan
keagungan nama ini pun telah disebutkan oleh Nabi Musa
... Ketika Musa menyampaikan kepada Tuhan tentanq sifat Pendeta Terbesar - dia
adalah orang paling kuat - Almasih telah memanggilnya. Musa bersama Roh
Kudus juga telah sempat meramalkan denqan tepat julukan bagi Yesus. Musa merasa
bahwa ia juga berhak mendapatkan keistimewaan khusus, yang
belum pernah didengar oleh telinga manusia, sehingga menjadi jelas bagi Musa
bahwa julukan Yesus yang
diberikannya
pada kesempatan pertama dan satusatunya bagi seorang laki-laki yang -secara
simbolis - diketahui bahwa dia akan menjadi pengqanti dirinya sesudah ia mati.
"
Nabi-nabi yang menggantikan Musa hingga
waktu itu tidak seorangpun yang menyandang nama Yesus. Nama yang ada adalah
Yoshea, nama pemberian sang ayah. Sedangkan Musa telah memanggil Yesus dengan
menyertakan julukannya sebagai penghormatan tertinggi yang tidak dapat diukur
harganya, bahkan lebih agung dari dari mahkota kerajaan manapun di
bumi.
Kita mendapati bahwa orang-orang Yebus
hampir saja berkeyakinan bahwa Yoshea bin Nun itulah pengganti Musa, dan dia
pulalah Yesus Kristus (Almasih). Ia tidak saja membawa nama yang sama, namun ada
kemiripan di antara keduanya, di mana masing-masing menjadi pengganti Musa.
Persoalannya di sini adalah, mestinya Yoshea hidup pada zaman Musa, sekitar abad
ke-14 SM, sedangkan Yesus hidup pada permulaan abad pertama M. Semua pembicaraan
ini menyimpan rangkaian rumus yang diketahui oleh para pendeta-pendeta gereja
abad pertama, sebagaimana pula diketahui oleh para anggota Jemaat
Qumran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
tulisan-tulisan kuno di Qumran, tidak saja menegaskan sesuatu yang telah
dimaklumi sebelumnya, tapi bahkan membuka wacana baru untuk bahan kajian. Tidak
disangsikan, apapun alasannya, naskah yang telah dipublikasikan telah sempat
mengundang pelbagai pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban, terlepas apakan
naskahnaskah yang masih tersisa akan dipublikasikan atau tidak.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.