Selain manuskrip yang berisikan
tulisan-tulisan agama, didapati pula di gua-gua Qumran, beberapa tulisan tangan
yang menjelaskan norma kehidupan Jemaat Esenes di antaranya "Kitab Para Murid"
dan Kitab yang belakangan dikenal sebagai "Manuskrip Damaskus" (Damsyik). Yang
lebih mungkin diterima adalah bahwa nama "Damaskus" merujuk kepada sumber-sumber
yang tercantum pada sebagian Kitab Nabi-Nabi berkenaan dengan hukuman Tuhan bagi
para pembangkang Bani Israel.
Pada 9 : 1 Kitab Zakharia disebutkan
: "Ucapan Ilahi, Firman TUHAN datang atas negeri Hadrakh dan berhenti di
Damsyik':
Juga pada 5: 25 - 27 Kitab Amos :
'Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan
dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum
Israel? Kamu
akan
mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yanq telah
kamu buat bagimu itu, dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuanqan jauh ke
seberang Damsyik, " firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta
alam".
Menelaah lebih jauh, didapat pengertian
lain bahwa nama Damsyik merupakan julukan simbolis bagi Jemaat Qumran. Sementara
para Nabi menyinggung soal pengasingan Bani Israel ke wilayah utara di luar
Damsyik sebagai hukuman atas perbuatan mereka menyembah terafim (patung),
sebaliknya manuskripmanuskrip Damsyik menformat ulang redaksi ayat sehingga
menghadirkan makna yang berbeda, menjadi semacam janji bagi sekelompok orang
yang menyelamatkan keyakinan mereka dari komunitas Yahudi dengan memilih hidup
mengasingkan diri, sehingga dengan demikian mereka mampu menyelamatkan keyakinan
mereka yang benar.
"Aku akan mengasinqkan
kemah-kemah rajamu dan tonggak-tonggak keberhalaanmu dari perkemahanKu ke
Damsyik." Berdasarkan pada gaya penafsiran simbolis Jemaat Qumran, "kemah-kemah
raja" menunjukkan makna Kitab Tuhan, "tonggak tonggak berhala" dimaksudkan
sebagai Kitab Para Nabi. Sehingga berdasarkan penafsiran ini, ayat tersebut
mengandung pengertian bahwa Tuhan akan memindahkan Kitab Taurat bersama Jemaat
Esenes berikut Kitab Para Nabi - yang sangat dibenci oleh penganut Yahudi di
Jerusalem- jauh dari wilayah Kerajaan Yehuda, demi menjaga
keselamatannya.
" Mereka menggali sumur. Sumur
yanq digali oleh para penguasa, yanq digali oleh orang-orang mulia dari bangsa
Israel dengan tongkat." Sumur disini diartikan sebagai ajaran
agama, dan orang-orang yang menggali sumur tersebut adalah orang-orang Bani
Israel yang mengikuti petunjuk Tuhan, yang meninggalkan tanah Yehuda dan menetap
di Damsyik. Tuhan menyebut mereka sebagai "para penguasa". Sedangkan tongkat
merupakan simbolisasi dari orang yang mengajarkan agama. Nabi Yesaya berkata :
"Ia mengeluarkan peralatan untuk bekerja. Orang-orang
mulia adalah mereka yang datang untuk menggali sumur dengan mempergunakan
tongkat...... hingga mereka hadir di tengah masa kejahatan, hingga datangnya
oranq yang mengajarkan kejujuran di akhir zaman......semenjak hari kedatangan
sanq guru tunggal dan hingga kebinasaan tentara-tentara yang kembali bersama
pemimpin pendusta akan memakan waktu 40 tahun. Pada kurun waktu itu, Tuhan akan
murka kepada Bani Israel seperti dikatakan, karena itu Bani Israel akan melalui
masa panjang tanpa pemimpin, tanpa raja dan tanpa hakim."
Sedangkan istilah yang
dipergunakan untuk mengidentifikasikan jati diri mereka, Jemaat Esenes
menggunakan nama "Breth Khadasyah", yang berarti "perjanjian baru". Dan
mereka, meskipun berselisih pandang dengan para Pendeta Rumah Suci di Jerusalem,
dan berseberangan dengan mereka, namun Jemaat Qumran itu tetap menganggap diri
mereka sebagai jemaat ahli ibadah yang mempunyai pendeta pemimpin yang diangkat dari anggota jemaat yang
paling tinggi kedudukannya. Para anggota jemaat dilarang mengadakan perkumpulan
lebih dari sepuluh orang tanpa dihadiri oleh pendeta pemimpin. Meskipun
demikian, urusan jemaat sekecil apapun, akan diselesaikan melalui mekanisme
musyawarah. Tema permasalahan terlebih dahulu dilontarkan ke hadapan majelis
untuk didiskusikan, masing-masing berhak mengeluarkan pendapat, dan pada
gilirannya alKepemimpinan Jemaat Qumran dipegang oleh dua orang
Pendeta, yang masing-masing memegang wewenang yang berbeda. Salah satu dari
Pendeta itu disebut "Baged" atau pengawas, yang bertugas memantau
persoalanpersoalan keagamaan dan menguji calon anggota jemaat. Pendeta Pemimpin
yang kedua disebut "M-bq-r" yang membawahi urusan keuangan dan administrasi
jemaat.
Pada tahun 1896, dua naskah dari
manuskrip Damsyik yang semula tersimpan di sebuah kamar tertutup dalam rumah
peribadatan Yahudi di Kairo, Mesir, berhasil ditemukan. Konon, rumah peribadatan
itu adalah milik Gereja Koptik Saint Mitchel lalu dibeli oleh orang-orang Yahudi
di Mesir pada tahun 882 M. Istana Lilin, nama gereja tersebut, adalah bekas
benteng Romawi kuno, di sebuah kawasan tidak jauh dari kota Fustat yang dibangun
oleh sahabat Rasul Amru bin Ash. Dari bekas bentenq kuno tersebut dibangun enam
buah gereja Koptik masing-masing Gereja Gantung, Gereja Abu Sirg, Gereja Mar
Girgis, Gereja Maria, Gereja Saint Barbara dan Gereja Sait Mitchel. Orang-orang
Yahudi I
Manuskrip-manuskrip Damsyik
terdiri dari dua bagian; Bagian pertama memuat nasihat-nasihat bijak bagi para
anggota jemaat, sedangkan bagian kedua berisi ajaran-ajaran syari'at dan
perintah untuk menjaga keimanan. Uniknya, kitab-kitab tulisan tangan Damsyik ini
memberikan makna atas kitabkitab Perjanjian Lama melalui metode penafsiran yang
sangat ganjil dan berbeda dengan penafsiran para pendeta Rumah Suci di
Jerusalem. Salah satu contoh-dari perbedaan penafsiran ini antara lain berkenaar
dengan hukum perkawinan. Para pendeta Rumah Suci di Yerusalem memperbolehkan
seorang lelaki menikahi anak perempuan saudara kandung
karena sejauh ini tidak ada larangan daiam teks Kitab
Taurat. Sedangkan Jemaat Qumran mengharamkannya dengan dasar bahwa status hukum
anak perempuan saudara kandung itu sama dengan saudara ibu atau
ayah.
Seorang yang baru masuk menjadi anggota
jemaat wajib menyerahkan semua harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama.
Kebersamaan mereka itu tampak dalam ritual peribadatan "makan bersama". Disiplin
hidup yang keras menjadi ciri khas jemaat Qumran, dan strata sosial menjadi
sangat dominan. Dalam sebuah majelis, masirg-masing orang duduk sesuai kelas
sosial mereka. Tidak seenaknya orang angkat bicara dengan memotong pembicaraan
orang lain, lebih-lebih jika yang sedang berbicara berkedudukan lebih tingqi. Di
dalam majelis seorang tidak diperbclehkan mengeluarkan pendapat yang sekiranya
bertentangan dengan pendapat mayoritas atau pendapat pendeta pemimpin. Etika
yang harus diikuti dalam penyampaikan pendapat di dalam majelis adalah dengan
berdiri dan mengatakan, "Ada yang hendak kami sampaikan kepada
majelis...."
Di dalam gua nomor : 1, didapati
tulisan-tulisan tangan yang menjelaskan aluran-aturan yang berlaku dalam jemaat,
yang dikenal dengan sebutan "Kitab Para Murid". Dalam kitab tersebut antara lain
disebutkan kaidah kaidah yang dari padanya diketahui apa arti kebenaran (haq)
dan kepalsuan (batil), penjelasan tentang langkah-langkah yany
wajib diikuti oleh calon anggota jemaat, peraturan-peraturan yang berlaku untuk
para murid dan aturan penerapan hukuman bagi pelanggar peraturan jemaat. Dalam
Kitab Para Murid juga dipaparkan aturan-aturan dasar yang wajib dijalankan oleh
Pendeta Pemimpin berikut para anggola, serta penjelasan hari-hari raya suci.
Secara garis besar, Kitab Para Murid terdiri dari tiga
bagian;
1. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi
untuk menjadi anggota Jemaat.
2. Peraturan Majelis
Jemaat
3. Petunjuk-petunjuk yang wajib dipatuhi
olen pendeta pemimpin.
Pendeta pemimpin wajib memberikan
pelajaran kepada para murid tertany tata cara hidup sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh Jemaat, berlbadah kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan jiwa,
mengerjakan perbuatan yang baik dan lurus dalam penilaian Tuhan sebagaimana
diperintahkan kepada Musa dan para Naai hamba Tuhan. Mencintal segala yang
dicinta oleh Tuhan dan membenci segala yang dibenci oleh-Nya. Menjauhkan diri
dari keburukan dan memegang teguh pada kebajikan. Semua orang yang dengan
sukarela menghibahkan dirinya pada Tuhan, demi memenuhi kevoajiban ketuhanan
maka dia akan diterima menjadi anggota Jemaat Cinta Kasih, karena dengan
demikian ia telah menjadi anggota jemaat Allah dan hidup di bawah kesempurnaar
Tuhan. Juga karena ia lelah berusaha sekuat tenaga unluk menjadi makhluk sosial
yang solicer, mempergunakan seluruh
harta kekayaan untuk kebaikan
secara sukarela. Setiap orang yang bersedia mengikuti ajaran-ajaran Jemaat maka
ia diwajibkan untuk mengucapkan sumpah di hadapan Tuhan yang dikenal dengan
sebutan "Ikrar Perjanjian Baru", mentaati segala wasiatNya dan tidak membiarkan
diri dikuasai setan. Pada saat pengucapan janji, para pendeta dan orangorang
Lewi: Membacakan tasbih-tasbih dan pujian pada Tuhdn dengan khusyu'; yang
dibarengi dengan ucapan "amin" oleh mereka yang sedang mengangkat
sumpah.
Semua orang yang mengikuti jalan
kesalehan akan dipimpin oleh Pangeran Cahaya dan mereka akan berjalan di atas
jalan yang terang benderang. Adapun orang-orang munafik diperintah oleh Raja
Kegelapan dan mereka selamanya akan hidup dalam kegelapan. Raja Kegelapan akan
terus berusaha m enyesatkar orang-orang yang baik dan hingga akhir zaman. Semua
kekhilafan, dosa, kejahatan dan perbuatanperbuatan yang bertentangan dengan
ajaran Tuhan akan terjadi bila manusia berada di bawah cenkeraman Raja
Kegelapan.
Seperti halnya alam luar, jiwa
rnanusia-pun senantiasa menjadi ajang pergulatan antara kekuatan baik dan
kekuatan jahat. Berdasarkan penjelasan Kitab Para Murid, setiap manusia memiliki
dua macam ruh yang menjadikannya hidup, ruh kebenaran (haq) yang bersumber dari
cahaya dan ruh kepalsuan (batil) yang bersumber dari kegelapan. Kedua macam ruh
dalam diri manusia itu selamanya dalarn pergulatan, jika ruh kebenaran menang,
manusia akan melahirkan kebajikan. Sebaliknya jika yang dominan ternyata ruh
kepalsuan, maka manusia menjadi jahat. Pada hakikatnya, ajaran tentang
perseteruan sepanjang masa antara ruh kebaikan dan ruh kejahatan dan bahwasanya
setan merupakan raja kegelapan, yang pekerjaannya hanya menyesatkan umat
manusia, telah sama-sama dimaklumi baik dari ajaran Islam maupun Kristen. Akan
tetapi orang-orang Yahudi pengikut ajaran Pendeta Rumah Suci di Jerusalem sama
sekali tidak mengenal ajaran tersebut atau beriman kepadanya.
Kitab Para Murid juga berisi ajaran
tentang perbuatan-perbuatan yang diharamkan, berikut hukuman bagi yang
melanggar, dan di antaranya adalah ;
-
Jika seorang melakukan kebohongan dengan sengaja dalam persoalan-persoalan yang menyangkut hak milik, akan diasingkan dari upacara suci "makan bersama" selama setahun penuh dan diwajibkan untuk menyisihkan seperempat jatah makan sehari-hari sebagai tebusan dan pertobatan.
-
Orang yang berkata kasar kepada kawannya atau tidak mengindahkan perintah saudara yang derajatnya lebih tinggi, dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap aturan Jemaat. Kesalahan ini dapat ditebus dengan melakukan istigfar (meminta ampun pada Tuhan, pent) selama setahun penuh dan pelakunya dalam status terbuang.
-
Jika seorang berkata-kata mesklpun karena lalai, atau oleh sebab lain, sementara dia sedang membaca Kitab Shalat, akan dihukum buang dari Majelis Jemaat.
-
Seorang anggola yang bcrbicara dengan nada marah kepada para pendeta yang namanya tercantum dalam Kitab Para Murid, maka ia wajib bertaubat dari kekhilafannya dan dilarang mengikuti ritual makan bersama.
-
Siapa yang berdusta dengan sengaja, akan diasingkan selama tiga bulan.
-
Siapa yang melakukan penghinaan dengan sengaja akan diasingkan selama setahun.
-
Siapa yang melakukan penipuan dengan sengaja, baik melalui perkataan maupun perbuatan, akan diasingkan selama enam bulan.
-
Siapa yang menentang kepemimpinan Penguasa Jemaat, akan diasingkan untuk selama lamanya.
Majelis Jemaat terdiri dari 12 orang
anggota dan tiga orang pendeta yang alim dalam agama, sehingga dengan demikian
mereka akan mampu berbuat benar, lurus dan adil. Menjadi pemlmpin yany arif,
rendah hatl dan mampu menjaga keirnanan.
Sebagaimana termaktub dalam Kitab Yesaya
:
"Ada suara yang berseru-seru:
"Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang
belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40 : 3). Jalan yang dimaksud itu
adalah mempelajari ajaran syari'at yang diwasiatkan olehNya kepada Musa, berbuat
sesuai dengan apa yang diwahyukan Tuhan sepanjang masa, dan sebagaimana
diterangkan oleh para Nabi.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.