Pada pertengahan abad 20,
sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan arkeologi yang
menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil Thomas di Nag
Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957, terjadi penemuan kedua
berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang kemudian dikenal
dengan Gulungan Laut Mati (the Dead Sea Scrolls).
Bagi sebagian orang, dua
peristiwa besar ini -juga penemuan-penemuan arkeologis lain yang berkaitan-,
terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi majalah dan
koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang
ditemukan-. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Qur'an agar kita
selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu
menjadi hal yang sangat luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya
bagi mereka yang getol menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan
tersebut tidaklah berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang
berpengaruh terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu
(Kristiani) yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya
pada kedekatan pemahaman teologis.
Nag Hamadi dan
Qumran.
Desember 1945, Seorang Mesir
bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di tepian sungai Nile, di pedalaman
Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Gentong (bejana dari tanah liat) yang
nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam gentong tersebut terdapat 13 lembar
kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II
koleksi risalah, terdapat'sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan
tahun: Peuaqqelion Pkata Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas.
Manuskrip Koptik berisikan Injil Thomas berasal dari tahun 350
masehi, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas ini
diperkirakan dari tahun 100 M, edisi paling awal diperkirakan dari tahun 50-60
M.2 Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif seperti 4
Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dibaca oleh seorang
Muslim tampak seperti penulisan Hadits -tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianqgap
gnostik-, serta cara penyajiannya, para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara
membandingkan isinya dengan 4 Injil sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius,
Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang mereka bawa adalah, menjawab
pertanyaan umum: "Apa sebenarnya yang disabdakan oleh Yesus?" Dari kajian 75
sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun, keluarlah hasil kajian
mereka yang dikenal melalui laporan berjudul "The Five Gospel" pada tahun 1993.
Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan
mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18%
saja yang diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya....?. Hasil
kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristen. Lain dari pada itu, satu hal
yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun
ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin "penyaliban" atau penebusan dpsa
melalui kematian Yesus di tiang kayu salib.
Penemuan kedua tahun, 1947 di
Qumran, oleh seorang anak (penggembala kambing) bernama Muhammad Ad-Dib.
Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab Perjanjian Lama, oleh
sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai salah satu sekte Yahudi, yaitu
sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan gambaran tentang masa-masa awal
sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari Nazaret)
dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi yang sezaman
dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis-menurut tradisi Kristen-.
Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi
untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing
peneliti mulai bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada
dihadapan pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari
Mesir. Salah satu kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa
awal sejarah Kristen. Ia bahkan memprediksi bahwa "Guru bijak" yang diceritakan
berseberangan dengan "Pendeta jahat" dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah
Yesus-itu sendiri. Hal ini ia perkuat dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang
tertulis sebagai nama kelompok tersebut, sebenarnya adalah
Esenes.
Kajian-kajian tentang the Dead
Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang membuat geger dunia Kristen adalah
laporan Barbara Theiring, dalam bukunya "Jesus the Man". Dari penelitiannya selama 20 tahun
terhadap naskah Laut Mati, Barbara Theiring mampu menyuguhkan sosok Yesus
sebagai seorang manusia, yang menikah (bahkan berpoligami), juga meninggal
secara wajar dan bukan ditiang salib. Secara umum, kajian terhadap Naskah Laut
Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok manusia yang pernah ada dalam
sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di mitoskan dan disembah.
Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian Naskah Laut
Mati.
Membaca kejadian
alam
Dari dua penemuan besar seperti
yang kami paparkan secara singkat di atas, mungkin kita bertanya-tanya, apa
sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling kita? Dan pertanyaan ini
berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun, naskah-naskah itu
baru ditemukan? Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan janji Allah dalam
al-Qur'an, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:
Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu arlalah benar.
Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu? (QS Fushilat 53)
Al Masih putera Maryam hanyalah
seorang Rasul yang se.sungguhnya telah berlalu sebelumnya beherapa rasul, dan
ibunya seorang yang sangat benar, kedua-keduanya biasa memakan makanan.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab)
tanda-tanrla kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka
berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS .Al-Maidah
75).
Bagi umat Kristiani yang mungkin
tidak meyakini kebenaran al-Qur'an, terdapat dalam Injil Thomas satu pernyataan
Yesus sebagai berikut:
Jesus said, "Know what is in
front of your face, and what is hidden from you will be disclosed to you. For
there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus mengatakan,
"Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan
dibuka untukmu. Sebab tidak ada sesuatu yang tersemhunyi kecuali akan
dijelaskan. Thome 5:23
Makna dari pernyataan Yesus/Isa
As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada Injil Lukas 12:2, Tidak ada
sesuatu pun yang tertutup yanq tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yanq
tersembunyi yanq tidak akan diketahui. Juga pada Markus
4:22.
Tanpa berani memastikan bahwa
penemuan tersebut merupakan bukti dari janji Allah, namun sebagai seorang Muslim
yang diajari al-Qur'an untuk mengkaji segala yang terjadi, kita patut meneliti
dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari benda-benda yang sudah terkubur
selama ± 2000 tahun.
Jika kita melihat perkembang
sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas ditempatkan di urutan
pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan kepada dogma Gereja.
Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa direcoki oleh
Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu. Apalagi
bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmuilmu lain yang
berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui
masa per menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline
dari daerah lokasi penemuan), serta tes kimia.
Adalah hikmah dari yang Maha
Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa sekarang, masa dimana manusia
telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara mental (obyektifitas
berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama) serta kemampuan manusia
dalam memahami penyingkapan tersebut berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang
mereka miliki. Sebab, -mungkin- jika ditemukan pada masa-masa dulu,
"kepentingan" dan "ketidakmampuan"-lah yang berbicara, maka manuskrip-manuskrip
itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau hilang lagi
entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh kalangan
Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di [tali, sehingga kita
tidak tahu apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang
bermakna -bisa disebut hilang- karena kehilangan otentisitasnya. Namun
demikian, proses pengkajian Gulungan Laut Mati oleh para peneliti dari satu
institusi agama dan pemerintah tertentu, telah menodai semangat keilmiahan
sebagaimana yang diharapkan oleh para pemerhati, seperti yang diungkap dalam
buku ini. Namun yang sedikit itupun telah mampu membawa
perubahan.
Hikmah bagi kaum
Muslim
Dalam pergaulan antar agama,
terkait isu pluralisme agama yang dihembuskan oleh Barat dan diimani oleh dunia
Islam, umat muslim hendaklah mampu melihat dirinya berdasarkan hal-hal yang
terjadi, serta kecenderungan pada agama-agama lain yang sedang berkembang dewasa
ini. Berkaitan dengan dunia I
Kini dengan isu pluralisme
beragama umat muslim dengan riang menyatakan bahwa teologi gereja yang tidak
mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama monoteisnya dengan keyakinan
umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan teologi Islam dan Kristen
mengkaji lagi makna monoteisme menaruttradisi dan kaca mata gereja, bukan dengan
kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa makna monoteisme
menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam.
Kecenderungan di dalam komunitas
Barat kepada keyakinan akan adanya satu Tuhan saja, sebagai satu-satunya
sesembahan, sebenarnya sejalan denqan seruan al-Qur'an dalam kerangka pergaulan
antar agama, yaitu:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling maka kutakanlah kepada mereka: "Saksikanlah bahwa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) ".
(Ali Imran
64).
Maka, menurut hemat kami, umat
muslim tidak perlu menyamakan teologinya dengan yang lain, cukup menyeru kepada
mereka, satu seruan yang bersifat universal dan sesuai fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada
satusatunya Pencipta manusia dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan
masalah fikh, maka yang berlaku adalah "lakum diinukum waliyadiin",
bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Kudus, 26 Sept
2004. H j. Irena Handono
See also
Sumber : Misteri Naskah Laut mati ( diterjemahkan dalam naskah asli ) Makhtutat al Bahri al mayit
0 komentar:
Posting Komentar
Saya berharap para pembaca untuk memberikan kritik,saran dan masukannya.